"Setiap kemarau memang pencemaran semakin pekat. Tapi kali ini lebih parah dari tahun-tahun lalu. Biasanya masih bisa diolah, sekarang tidak bisa," kata Humas PDAM Surakarta, Bayu Tunggul, saat dihubungi detikcom, Senin (29/10/2018).
Air baku untuk IPA di kedua titik tersebut diambil dari Bengawan Solo yang melintasi sisi timur Kota Solo. Karena pencemaran terlalu berat, IPA tidak dapat mengolahnya menjadi air bersih.
Meskipun sudah dilakukan pengolahan air baku di IPA, menurut Bayu, hasilnya tetap tidak layak dikonsumsi. Meski telah diolah, air masih berwarna kuning, berminyak dan berbau.
Ada 20 persen pelanggan dari total 59 ribu pelanggan yang terdampak. "Dua IPA ini menyalurkan air ke Mojosongo, Ngoresan, Jebres, Pucangsawit, Jagalan dan Sangkrah. Ada 12 ribu pelanggan di daerah ini," ujarnya.
PDAM telah menelusuri sumber pencemaran. Pencemaran paling pekat ditemukan di Kali Samin, salah satu anak sungai Bengawan Solo yang berada di perbatasan Solo-Sukoharjo. "Ada anak sungai yang pencemarannya pekat sekali, katanya banyak pabrik baru yang buang limbah di Kali Samin," kata dia.
Untuk sementara, PDAM Surakarta bersama PMI dan BPBD melakukan droping air ke daerah-daerah terdampak. (bai/mbr)