"Ya kecewa, karena sudah capek-capek naik ternyata kering (Embungnya)," kata Naufal (20), warga Madiun, Jawa Timur saat ditemui detikcom di Embung Nglanggeran kemarin, Jumat (19/10/2018).
Lanjut Naufal, padahal ia sengaja datang ke Embung Nglanggeran karena tertarik dengan gambar-gambar yang beredar di internet terkait keindahan Embung yang berlokasi di Patuk, Gunungkidul tersebut. Namun rencananya berswafoto dengan background Embung tersebut harus ditunda terlebih dahulu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak hanya Naufal, pengunjung lain bernama Ayudea (20) yang juga warga Madiun, Jawa Timur juga mengungkapkan rasa kekecewaannya karena tidak bisa menikmati pemandangan Embung Nglanggeran secara utuh. Selain itu, ia telah mempersiapkan kamera yang digunakan untuk berfoto di Embung tersebut.
"Di foto-foto (Yang beredar di Internet) itu bagus banget dan airnya penuh, tapi sampai sini ternyata kering (Embungnya)," ucapnya.
"Kalau kecewa iya, tapi mungkin karena musim kemarau jadi Embungnya kering seperti ini," lanjutnya.
Meski kecewa, ia bersama teman-temannya tetap melakukan swafoto dengan background Gunung api purba Nglanggeran. Bahkan Ayu berencana untuk datang lagi ke Embung Nglanggeran.
"Mungkin akan ke sini (Embung Nglanggeran) lagi kalau sudah tidak musim kemarau, karena kan belum foto pas airnya penuh," ujarnya.
![]() |
Sementara itu Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Nglanggeran, Patuk, Gunungkidul tidak memberi target khusus untuk segera mengisi air di Embung Nglanggeran. Namun, Pokdarwis tersebut berharap agar hujan segera turun.
"Kita tidak punya target kapan harus diisi lagi (Air di Embung Nglanggeran), karena tujuannya (Ada Embung) untuk konservasi air, jadi menampung air hujan untuk digunakan (Mengairi kebun buah) ketika musim kemarau," kata Sekretaris Pokdarwis Nglanggeran, Sugeng Handoko saat dihubungi detikcom, Sabtu (20/10/2018).
Kendati demikian, pihaknya telah berupaya untuk menanggulangi kekeringan yang terjadi di Embung Nglanggeran dengan membangun sumur bor. Nantinya, sumur bor tersebut dipergunakan mengalirkan air ke dalam Embung tersebut saat debit air telah habis.
"Kelompok tani di tempat kami sedang proses untuk membuat sumur bor, jadi harapannya bisa dipakai untuk pengairan kebun buah dan menambah tampungan air di Embung," ujarnya.
"Tapi kita juga tidak bisa memaksakannya (Segera menggunakan sumur bor), karena kan berkaitan dengan kondisi alam juga," imbuhnya.
Sebelumnya diberitakan, menyusutnya debit air di Embung Nglanggeran hingga kering kerontang ternyata telah terjadi sejak beberapa bulan lalu, tepatnya saat dimulainya musim kemarau. Susutnya debit air karena Embung tersebut karena untuk mengairi kebun buah di Ngalnggeran.
"Sejak mulai kemarau ini, ada sekitar 3, 4 bulanan (Air di Embung Nglanggeran kering). Sudah sering susut gini, tapi kalau sampai kering gini ya baru tahun ini," kata Sugeng.
Menurutnya, fungsi Embung yang berlokasi di Patuk, Gunungkidul tersebut sejatinya memang untuk menampung air hujan dan mengairi perkebunan buah di Nglanggeran. Namun, karena saat ini hujan tak kunjung turun, karenanya seluruh air di dalam Embung tersebut digunakan untuk mengairi perkebunan tersebut.
"Memang kering karena musim kemarau, selain itu kan prioritas utamanya (Embung) itu untuk pengairan kebun buah durian sama kelengkeng. Jadi airnya digunakan untuk pengairan kebun buah itu," katanya.
"Semoga 500 sampai 1000 batang pohon durian tahun ini bisa berbuah," imbuhnya.
Saksikan juga video 'Kemarau Panjang, Pompa Air Rusak, Kekeringan di Pasuruan Meluas':
"Kita tidak punya target kapan harus diisi lagi (Air di Embung Nglanggeran), karena tujuannya (Ada Embung) untuk konservasi air, jadi menampung air hujan untuk digunakan (Mengairi kebun buah) ketika musim kemarau," kata Sekretaris Pokdarwis Nglanggeran, Sugeng Handoko saat dihubungi detikcom, Sabtu (20/10/2018).
Kendati demikian, pihaknya telah berupaya untuk menanggulangi kekeringan yang terjadi di Embung Nglanggeran dengan membangun sumur bor. Nantinya, sumur bor tersebut dipergunakan mengalirkan air ke dalam Embung tersebut saat debit air telah habis.
"Kelompok tani di tempat kami sedang proses untuk membuat sumur bor, jadi harapannya bisa dipakai untuk pengairan kebun buah dan menambah tampungan air di Embung," ujarnya.
"Tapi kita juga tidak bisa memaksakannya (Segera menggunakan sumur bor), karena kan berkaitan dengan kondisi alam juga," imbuhnya.
Sebelumnya diberitakan, menyusutnya debit air di Embung Nglanggeran hingga kering kerontang ternyata telah terjadi sejak beberapa bulan lalu, tepatnya saat dimulainya musim kemarau. Susutnya debit air karena Embung tersebut karena untuk mengairi kebun buah di Ngalnggeran.
"Sejak mulai kemarau ini, ada sekitar 3, 4 bulanan (Air di Embung Nglanggeran kering). Sudah sering susut gini, tapi kalau sampai kering gini ya baru tahun ini," kata Sugeng.
Menurutnya, fungsi Embung yang berlokasi di Patuk, Gunungkidul tersebut sejatinya memang untuk menampung air hujan dan mengairi perkebunan buah di Nglanggeran. Namun, karena saat ini hujan tak kunjung turun, karenanya seluruh air di dalam Embung tersebut digunakan untuk mengairi perkebunan tersebut.
"Memang kering karena musim kemarau, selain itu kan prioritas utamanya (Embung) itu untuk pengairan kebun buah durian sama kelengkeng. Jadi airnya digunakan untuk pengairan kebun buah itu," katanya.
"Semoga 500 sampai 1000 batang pohon durian tahun ini bisa berbuah," imbuhnya.
Saksikan juga video 'Kemarau Panjang, Pompa Air Rusak, Kekeringan di Pasuruan Meluas':
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini