Dokter menyampaikan ke pihak kampus dan keluarga, bahwa Kukuh yang merupakam warga Desa Plangitan Rt 3 Rw 2, Kecamatan Kota, Pati ini terkena hiportemia. Kukuh meninggal dunia pada Jumat (5/10).
Di hari itu, agenda kegiatan yakni repling di jembatan Sungai Gelis, Desa Jurang, Kecamatan Gebog, Kudus. Namun Kukuh tidak mengikuti kegiatan tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tubuhnya bongsor sekitar 102 kg, talinya (tali untuk repling) tidak muat. Tingginya (korban) 172 cm," kata Suparnyo kepada wartawan di Gedung rektorat UMK, Senin (8/10).
Senior korban yang meminta Kukuh untuk tidak ikut repling. Keterangan yang diterima dari panitia Menwa, mahasiswa Fakultas Teknik ini hanya melihat dari atas jembatan.
Namun, lantaran melihat repling yang dilakukan temannya menarik, Kukuh berjalan menuruni jembatan melalui jalan biasa.
Sesampainya di bawah jembataan, Kukuh memilih bermain air sungai yang tinggi permukaannya di bawah lutut. Suparnyo mengaku tak mengetahui berapa lama Kukuh bermain air hingga akhirnya dia pingsan.
Rekan Menwa membawanya ke Puskesmas Gondosari. Namun puskesmas meminta korban dibawa ke RSI Sunan Kudus. Sekitar pukul 19.00 WIB korban dinyatakan meninggal dunia.
"Dari hasil keterangan dokter di rumah sakit, kena hipotermia," terang Suparnyo.
Suparnyo menyampaikan bahwa kegiatan ini akan dievaluasi.
"Artinya akan misalnya untuk ikut anggotanya, misalnya, betul-betul kita rigid lah syaratnya," ujar Suparnyo.
Polisi juga telah turun tangan menyelidiki kasus ini.
"Ada dua orang saksi telah dipanggil," kata Kasat Reskrim Polres Kudus AKP Agus Supriadi Siswanto pada wartawan, Selasa (9/10).
"Mereka adalah ketua Menwa, dan anggota Menwa," ujarnya.
Diwawancara terpisah, Agus mengungkapkan kesaksian keduanya.
"Keterangan saksi ke polisi, korban pingsan setelah di air, pada saat (Menwa) bersih-bersih," kata Agus menceritakan kesaksian para saksi kepada detikcom melalui pesan singkat, Selasa (9/10) malam.
Keduanya juga ditanyai soal kegiatan pada hari tersebut.
"Giat biasa. Tinggal kita mau minta jadwal giatnya," ujar mantan Kasat Reskrim Cilacap ini.
Para saksi juga menyampaikan bahwa sebelum meninggal, Kukuh pingsan karena kelelahan.
"Sementara belum (belum ditemukan kejanggalan). Karena dari keterangan saksi-saksi sebagian melihat korban pingsan kecapekan," ujar Agus.
Untuk memenuhi keperluan penyelidikan, polisi masih menunggu hasil visum jenazah yang baru akan keluar seminggu lagi.
Agus menjelaskan, hasil visum itu diperlukan untuk memastikan penyebab kematian Kukuh. Termasuk apakah benar Kukuh mengalami hipotermia seperti yang dikatakan Rektor UMK berdasarkan keterangan dokter yang memeriksa Kukuh.
Polisi juga telah melakukan olah TKP sehari setelah kejadian di lokasi korban pingsan di areal repling.
Sementara itu, detikcom juga telah mendatangi rumah keluarga Kukuh di Pati. Tampak sejumlah ibu memadati rumah Kukuh yang berada Desa Plangitan melakukan pengajian berkirim doa untuk almarhum Kukuh.
Pihak keluarga enggan memberikan tanggapan atas kejadian tersebut. Seorang perempuan yang diketahui merupakan kakak kandung Kukuh, sempat menemui detikcom.
Namun, ia enggan memberikan komentar atas kematian adiknya itu. Dia juga memastikan bahwa seluruh keluarganya tidak akan memberikan pernyataan terkait kasus meninggalnya Kukuh. Namun demikian, pihak keluarga mempersilakan pihak kepolisian jika hendak mengusut tuntas insiden pradiksar Menwa di UMK itu.
Rektor UMK, Suparnyo, menjelaskan, saat ini polisi sudah mulai melakukan pemeriksaan sejumlah pihak terkait kegiatan Pradiksar Menwa yang merenggut nyawa salah satu peserta itu.
"Pihak kampus juga kooperatif. Kita jujur, apa adanya. Kita tidak ada penyimpangan," kata Suparnyo dihubungi detikcom, Rabu (10/10).
Suparnyo menyatakan siap dipanggil polisi untuk memberi keterangan terkait kegiatan ini. Namun sejauh ini rektorat belum berencana membekukan kegiatan UKM Menwa di kampusnya.
"Rencana (membekukan), belum. Tapi ke depan akan dievaluasi. Artinya lebih diseleksi. Mungkin (kejadian ini) nasib (apesnya) Menwa. Tetap kita lakukan evaluasi. Karena mungkin kegiatan yang di lapangan kan di samping Menwa, Mapala juga di lapangan. Di luar kampus," pungkasnya. (sip/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini