Kerbau mulai dibawa dari kandang menuju depan Kori Kamandungan sekitar pukul 22.50 WIB. Di situ, kerbau diberi makan dan sesajen sebelum berjalan mengikuti kirab.
Setelah hampir satu jam, yakni pukul 23.45 WIB, tujuh kerbau itu baru mau berjalan keluar menuju gerbang utara keraton. Peserta kirab pembawa pusaka-pusaka keraton turut menyusul di belakangnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rute yang ditempuh mencapai sekitar 7 km. Yakni dari keraton ke arah utara sampai simpang empat Bank Indonesia. Kemudian melewati Jalan Mayor Kusmanto, Jalan Kapten Mulyadi, Jalan Veteran, Jalan Yos Sudarso, Jalan Slamet Riyadi, kemudian kembali ke keraton.
Pengageng Parentah, KGPH Dipokusumo, menjelaskan alasan kebo Kiai Slamet menjadi simbol dalam kirab malam 1 Sura di Keraton Kasunanan Surakarta. Kerbau merupakan simbol masyarakat.
"Kerbau menjadi salah satu bagian yang tidak bisa lepas dari masyarakat tradisional, baik digunakan untuk transportasi, membajak sawah. Keraton pun banyak mengadopsi kata kerbau dalam banyak hal, seperti tradisi mahesa lawung," katanya dalam jumpa pers sebelumnya.
Diberitakan sebelumnya, prosesi kirab malam 1 Sura ini berbeda dengan kalender nasional. Keraton Kasunanan Surakarta menyesuaikannya dengan kalender Sultan Agung yang merupakan gabungan kalender Hijriyah dan tahun Saka.
Meski esok harinya bukan hari libur, masyarakat tetap antusias memadati jalanan yang dilewati rombongan kirab. Mereka rela menanti berjam-jam hingga kerbau dan pusaka keraton melintas.
"Setiap tahun selalu nonton. Soalnya ini acara setahun sekali dan cuma ada di Solo. Besok tidak masalah tetap kerja," kata warga Kecamatan Pasar Kliwon, Solo, Wahyudi. (sip/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini