Massa mulai berkumpul di Benteng Vastenburg sekitar pukul 09.00 WIB. Mereka lalu memulai aksi dengan berjalan kaki menuju bundaran Gladag.
Di bundaran Gladag, mereka melakukan orasi penolakan penutupan Sunday Market. Aksi kemudian dilanjutkan di depan Balai Kota Surakarta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Massa juga meneriakkan 'Hidup Jokowi' dalam orasi mereka. Sebab Jokowilah yang dahulu memindahkan mereka dari jalan menuju area Stadion Manahan.
"Dulu Pak Jokowi yang memberi kami tempat di Stadion Manahan, tapi sekarang malah ditutup," kata salah satu orator.
Pedagang bahkan mengancam akan terus melakukan demonstrasi jika Stadion Manahan masih ditutup untuk berdagang.
Hal itu diungkapkan Ketua Serikat Pedagang Minggu Pagi Manahan (SPMPM), Joko Santoso alias Yuli De Santos usai melakukan aksi unjuk rasa.
"Kami akan tetap demo dan melakukan audiensi dengan wali kota sebagai pemangku kebijakan," kata Yuli.
Sebelumnya, pemkot sudah menyiapkan sedikitnya tiga lokasi yang bisa mereka tempati, yakni di area Gladag Langen Bogan (Galabo), car free day (CFD) Jalan Slamet Riyadi dan Jalan Juanda.
"Kami hanya ingin tetap eksis di Stadion Manahan. Kami tidak akan mengganggu aktivitas olahraga di sana," ujar dia.
Menurutnya, bukan hanya sekitar 1.500 pedagang saja yang terdampak. Namun anggota keluarga para pedagang yang jumlahnya mencapai 4.500 orang juga akan terdampak.
"Kami sudah menyumbang pendapatan asli daerah (PAD) cukup besar ke pemkot, tapi kenapa masih dipindah?" katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Perdagangan Surakarta, Subagiyo, mengatakan telah menyiapkan lokasi untuk para PKL. Lokasi tersebut yakni di Gladag Langen Bogan (Galabo), car free day Jalan Slamet Riyadi dan Jalan Juanda.
"Di Galabo bisa 350 orang, di Slamet Riyadi bisa 500 orang, di Juanda bisa 400 orang. Jadi kalau jumlah mereka 1.500 orang, kami masih bisa menata," ujar Subagiyo di Balai Kota Surakarta. (sip/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini