"Gladi lapang ini intinya adalah untuk kesiapsiagaan masyarakat, stakeholder, pelaku baik itu relawan, pemerintan desa dalam rangka penanggulangan bencana alam khususnya erupsi Gunung Merapi," kata Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) BPBD Boyolali, Bambang Sinungharjo, di lokasi gladi di lapangan Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Rabu (5/9/2018).
Dikatakan Sinung, tujuan gladi adalah jika benar-benar terjadi letusan dan harus dilakukan evakuasi, masyarakat sudah siap dan mampu melakukan evakuasi mandiri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Dalam simulasi ini mempraktekkan 4 klaster, yaitu komunikasi, logistik, pengungsi dan medis atau kesehatan.
Kasi Kedaruratan BPBD Boyolali, Kurniawan Fajar Prasetyo, menambahkan gladi melibatkan masyarakat langsung di wilayah KRB II, termasuk potensi setempat untuk evakuasi. "Evakuasi mandiri berbasis masyarakat setempat. Kita berdayakan SDM, sumber daya lokal, kendaraan untuk mengevakuasi warga di wilayah KRB II," jelasnya.
Warga lima desa KRB II yang terlibat dalam gladi lapang ini yakti Desa Cluntang, Mriyan, Lanjaran, Sruni dan Sangup. Mereka dievakuasi ke titik aman yakni tempat penampungan pengungsi sementara (TPPS), di lapangan Desa Sruni yang berjarak sekitar 8 km dari puncak Merapi.
![]() |
"Dari Desa Sangup yang paling dekat dengan puncak Merapi sampai Lapangan Sruni, asumsi waktu yang dibutuhkan untuk evakuasi 40 menit sejak dinyatakan evakuasi. Memang sangat mepet. Tapi justru ini untuk mendapatkan feel yang sesungguhnya jika terjadi letusan dan warga harus dievakuasi," imbuh Yoyok, sapaan akrabnya.
Menurut Yoyok yang juga Komandan SAR BPBD Boyolali, kendala yang mungkin dihadapi pada saat evakuasi adalah infrastruktur. Yaitu kondisi jalan yang tidak selurunya mulus sehingga bisa menghambat laju kendaraan-kendaraan evakuasi. (mbr/mbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini