Dasirin (46) bersama istrinya Tarkonah (36) dan dua anaknya yakni Vivi Ratnasari (11) serta Wiwit Setiyaningsih (16) hidup bersama kerbau di kandang yang berada di atas bukit Menggeng, Dusun Cokrah, Desa Sengare, Kecamatan Talun, Pekalongan.
Jarak kandang kerbau ini dengan permukiman terdekat sekitar 7 km dengan kondisi jalan setapak yang curam dan terjal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kandang berukuran 4 x7 meter tersebut dalam tiga bulan ini disulap Dasirin menjadi pilihan tempat tinggal dirinya dan keluarganya.
Dua anaknya yang mengalami gangguan pertumbuhan, dibuatkan tempat tidur panggung. Tempat tidur anak-anak Dasirin berada di atas tiga kerbau yang dipeliharanya.
Sementara Dasirin dan istrinya tidur persis di sebelah kerbau hanya berbatas beberapa kayu yang dipalang.
"Kalau saya tinggal di sini sudah setahun. Tapi kalau anak-istri baru tiga bulan," kata Dasirin saat ditemui detikcom di rumah kandang kerbaunya, Sabtu (1/9/2018).
Kandang kerbau yang ditinggali keluarga Dasirin. Foto: Robby Bernardi/detikcom |
Selain berada di hutan dan di atas bukit kandang kerbau ini juga tanpa penerangan listrik. Lokasi kandang kerbaunya juga menumpang di lahan milik saudaranya.
"Anak-istri semula tinggal di Desa Krompeng (tempat mertua Dasirin). Tapi akhirnya mau ikut di tempat kerja saya di sini. Ya mau bagaimana lagi, saya tidak punya rumah," jelasnya.
Aktivitas kedua anaknya yakni Vivi dan Wiwitpun, terbatas. Hanya berada di atas dipan kayu dekat kerbau. Kalau keluar kandang pun harus digendong ibu atau bapaknya. Vivi dan Wiwit memang tidak bisa berjalan karena lumpuh. Penyakit lumpuh tersebut dialami keduanya saat mereka berumur 6 dan 7 tahun.
Pekerjaan Dasirin sendiri hanya sebagai buruh serabutan. Pekerjaan pokoknya memelihara kerbau milik orang lain. Dasirin juga mengaku sering tidak bisa mencukupi kebutuhan makan keluarganya.
Dasirin bersama keluarganya di dalam kandang kerbau yang ditinggalinya. Foto: Robby Bernardi/detikcom |
"Kalau tidak dapat uang beli beras atau makanan ya paling kita cabut ubi di depan. Pernah saya keracunan mau pingsan karena makan ubi pahit," katanya.
Vivi, salah seorang Dasirin mengatakan ingin tinggal di rumah yang layak dan kembali sekolah.
"Saya pingin punya rumah seperti lainnya. Saya pingin sekolah dan bermain juga," kata Vivi yang pernah mengenyam pendidikan dasar hanya sampai kelas satu sekolah dasar ini.
Saat detikcom berkunjung kandang kerbau yang ditinggali keluarga Dasirin, kondisi hujan cukup deras. Sangat terasa bagaimana air hujan yang masuk ke kandang kerbau dan membasahi siapapun yang berada di atap asbes yang sudah mulai pecah.
Warga setempat telah beberapa kali membujuk keluarga Dasirin untuk menempati sebuah rumah kosong. Namun oleh Dasirin ditolak karena hanya bersifat sementara, dan sewaktu-waktu harus keluar bila akan digunakan pemiliknya.
Di tempat yang sama, Kepala Desa Sengare, Kecamatan Talun yakni Hasanudin, bercerita bahwa sudah tidak henti-hentinya warga dan pihaknya membujuk keluarga pendatang tersebut untuk menempati rumah yang kosong baik di rumah dinas guru yang tidak terpakai ataupun di rumah kosong dekat dengan Puskesmas Pembantu Talun.
"Kita sudah melakukan itu. Malam ini kita lakukan rembug desa untuk membantu Pak Dasirin. Kebetulan ada tanah milik desa yang rencananya akan kita buatkan rumah di situ dengan cara gotong-royong," jelas Hasanudin. (sip/sip)












































Kandang kerbau yang ditinggali keluarga Dasirin. Foto: Robby Bernardi/detikcom
Dasirin bersama keluarganya di dalam kandang kerbau yang ditinggalinya. Foto: Robby Bernardi/detikcom