Turis Maroko Ikut Berebut Gunungan Grebeg Besar di Yogyakarta

Turis Maroko Ikut Berebut Gunungan Grebeg Besar di Yogyakarta

Edzan Raharjo - detikNews
Rabu, 22 Agu 2018 12:48 WIB
Brebeg Besar di Keraton Yogyakarta (Foto: Edzan Raharjo/detikcom)
Yogyakarta - Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat menggelar Hajaddalem Garebeg Besar Dal 1951 dalam memperingati hari Raya Idul Adha. Dalan tradisi ini, Keraton Yogyakarta mengeluarkan 7 buah gunungan yang kemudian diperebutkan oleh warga masyarakat, termasuk turis manca negara.

Tujuh buah gunungan keluar dari keraton dikawal ratusan prajurit khas keraton. Ada 4 ekor gajah ikut mengawal keluarnya gunungan. Gunungan itu yang terdiri gunungan lanang, gunungan wadon, gepak, gunungan dharat dan pawuhan, yang kesemuanya dibawa menuju 3 lokasi.

Ada 5 buah gunungan dibawa ke halaman Masjid Gede Kauman, 1 gunungan dibawa ke Kadipaten Puro Pakualaman dan 1 gunungan ke kantor Gubernur di komplek Kepatihan Yogyakarta.
Begini Serunya Tradisi Grebeg Besar di Keraton YogyakartaFoto: Edzan Raharjo/detikcom

Di halaman Masjid Gede Kauman Yogyakarta, gunungan yang telah didoakan ludes diserbu ratusan warga. Tidak hanya warga Yogya, tetapi juga dari daerah lain serta turis mancanegara yang merasa penasaran sehingga ikut mencoba

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Sepasang turis asal Maroko, Hamzah dan Mariam, mengaku spontan bergabung dalam keramaian. Setelah diberitahu warga tentang tradisi tersebut, mereka kemudian ikut mengambilnya.
Begini Serunya Tradisi Grebeg Besar di Keraton YogyakartaHamzah dan Mariam (Foto: Edzan Raharjo/detikcom)

"Kami sebenarnya tidak tahu ini kejadian apa, lalu kami bertanya kepada warga untuk menjelaskanya. Bagi kami ini cukup menarik dan sangat bagus," kata Mariam di halaman Masjid Gede Kauman Yogyakarta, Rabu (22/8/2018).

Sementara itu, Manggalayudha Kraton Yogyakarta, GBPH Yudhaningrat, mengatakan bahwa tradisi grebeg ini sebagai simbol sedekah raja atau sultan kepada masyarakat.
Begini Serunya Tradisi Grebeg Besar di Keraton YogyakartaFoto: Edzan Raharjo/detikcom

Tradisi ini sudah ada sejak Islam masuk di Jawa khususnya di Keraton Demak Bintoro, kemudian dilaksanakan di Keraton Pajang, Keraton Mataram di Kotagede, Kraton Kartasura, diteruskan di Keraton Kasunanan Surakarta dan Keraton Kasultanan Ngayogyakarta.

"Harapannya Yogya ini tentram, adem dan damai sejahtera," kata GBPH Yudhaningrat saat memimpin prajurit di Alun-alun Utara Yogyakarta. (mbr/mbr)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads