Tujuh buah gunungan keluar dari keraton dikawal ratusan prajurit khas keraton. Ada 4 ekor gajah ikut mengawal keluarnya gunungan. Gunungan itu yang terdiri gunungan lanang, gunungan wadon, gepak, gunungan dharat dan pawuhan, yang kesemuanya dibawa menuju 3 lokasi.
Ada 5 buah gunungan dibawa ke halaman Masjid Gede Kauman, 1 gunungan dibawa ke Kadipaten Puro Pakualaman dan 1 gunungan ke kantor Gubernur di komplek Kepatihan Yogyakarta.
![]() |
Di halaman Masjid Gede Kauman Yogyakarta, gunungan yang telah didoakan ludes diserbu ratusan warga. Tidak hanya warga Yogya, tetapi juga dari daerah lain serta turis mancanegara yang merasa penasaran sehingga ikut mencoba
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sepasang turis asal Maroko, Hamzah dan Mariam, mengaku spontan bergabung dalam keramaian. Setelah diberitahu warga tentang tradisi tersebut, mereka kemudian ikut mengambilnya.
![]() |
"Kami sebenarnya tidak tahu ini kejadian apa, lalu kami bertanya kepada warga untuk menjelaskanya. Bagi kami ini cukup menarik dan sangat bagus," kata Mariam di halaman Masjid Gede Kauman Yogyakarta, Rabu (22/8/2018).
Sementara itu, Manggalayudha Kraton Yogyakarta, GBPH Yudhaningrat, mengatakan bahwa tradisi grebeg ini sebagai simbol sedekah raja atau sultan kepada masyarakat.
![]() |
Tradisi ini sudah ada sejak Islam masuk di Jawa khususnya di Keraton Demak Bintoro, kemudian dilaksanakan di Keraton Pajang, Keraton Mataram di Kotagede, Kraton Kartasura, diteruskan di Keraton Kasunanan Surakarta dan Keraton Kasultanan Ngayogyakarta.
"Harapannya Yogya ini tentram, adem dan damai sejahtera," kata GBPH Yudhaningrat saat memimpin prajurit di Alun-alun Utara Yogyakarta. (mbr/mbr)