Bukan tanpa alasan Iswanti memilih kotoran sapi atau tletong sebagai material bangunan rumahnya itu. Iswanti mengaku rumah yang dia bangun mengusung konsep earthbag house dengan teknik rancang bangun superadobe bag.
"Saya pakai kotoran sapi yang sudah dihilangkan gasnya, dimatikan bakterinya. Bisa sebagai perekat alternatif pengganti semen, karena rumah ini mayoritas memanfaatkan material organik dan barang-barang bekas," kata Iswanti saat ditemui detikcom di rumahnya, belum lama ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Antara lapisan karung dikasih kawat duri, kawat duri ini saya dapat dari bongkaran bangunan di kawasan Maguwoharjo. Lalu setelah disusun berbentuk dome, lapisan dinding dalam rumah dikasih kotoran sapi itu untuk perekat, dicampur kapur dan jerami," jelasnya.
![]() |
Dua bangunan dome milik Iswanti masing-masing berdiameter dalam sekitar 7,5 meter dengan tinggi bangunan sekitar 8 meter. Sedangkan bagian atap berbentuk kerucut memakai bahan dari bambu, triplek, dan batang tebu.
![]() |
Selain berfungsi sebagai perekat, Iswanti menyebut material tanah dan kotoran sapi pada dinding juga bisa stabilkan suhu udara di dalam bangunan. Saat siang hari, suhu dalam rumah cukup sejuk. Dan ketika malam hari, suhu dalam rumah tidak terlalu dingin.
![]() |
Tak hanya itu, beberapa bagian bangunan juga memakai botol bekas untuk ventilasi cahaya dan kayu untuk konstruksi jendela, pintu, dan lantai. Sementara itu di lapisan dinding bagian luar, diberi semen tipis agar air hujan tidak meresap masuk ke dalam.
![]() |
"Rumah ini saya bangun 2014 dan baru saya huni tahun 2017. Konsep ini cocok untuk masyarakat di pedesaan yang mungkin relatif sulit mencari material bangunan seperti rumah-rumah pada umumnya yang memakai besi dan beton," imbuh perempuan kelahiran Solo ini.
![]() |
"Karena ketika saya bangun rumah ini bukan mendatangi toko material bangunan, tapi datang ke peternak sapi, ke toko loak, tukang rongsok," sambungnya. (sip/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini