"Kami itu (BMKG) menceritakan apa adanya berbasis data, dan kami tidak akan melebih-lebihkan. Informasi yang tersebar tentang bakal terjadinya gempa di Jawa, di Indonesia, itu tidak ada yang istimewa. Sudah sejak dulu orang tahu kalau di Jawa itu akan terjadi gempa, bahkan di Indonesia itu akan terjadi gempa, itu iya. Tapi yang kita tidak tahu adalah kapan waktunya," kata Dwikorita, di sela acara Sekolah Lapang Nelayan, di Indoluxe Hotel, Sleman, Senin (13/8/2018).
Menurutnya, potensi gempa di Indonesia sudah diketahui oleh semua orang. Apalagi Indonesia yang berada di kawasan cincin api dunia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dwikorita mengibaratkan gempa adalah suatu peristiwa kematian. "Ibarat orang mati itu kita tidak tahu kapan matinya. Jadi kalau ditanya kapan ada gempa lagi itu ibarat ditanya kapan ada orang mati lagi. Meskipun punya teknologi satelit atau seismometer, itu tidak ada akan bisa (memprediksi waktu terjadinya gempa)," papar mantan rektor UGM itu.
Dwikorita menambahkan pascagempa yang terjadi di Lombok pada Minggu (5/8) lalu, hingga kini memang terjadi gempa susulan. Bahkan jumlahnya sudah mencapai ratusan kali gempa susulan, baik itu yang bisa dirasakan oleh manusia maupun yang tidak.
"Gempa bumi susulan di Lombok yang terasa sekitar 21 kali, dan ratusan lainnya tidak terasa oleh manusia," imbuhnya.
Tonton juga video: 'BMKG Minta Warga NTB Jangan Terpancing Hoax Gempa'
(sip/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini