Itulah sepenggal kalimat yang tertulis di tugu batu yang ada di Dusun Prompong, Desa Kutasari, Kecamatan Baturraden, Banyumas. Meski sudah mulai lapuk termakan usia, tapi sepenggal kalimat tersebut menggambarkan betapa dahsyatnya pertempuran saat itu.
Tugu batu berdiameter 200 cm dengan tinggi 140 cm dan berbentuk silinder serta tidak beraturan itu dibangun sekitar tahun 1979 hanya untuk mengenang pertempuran yang terjadi di Dusun Prompong antara pasukan RI dengan Belanda.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pasukan Pelajar IMAM merupakan gagasan pemuda Soeparto, seorang pelajar kelas 3 SMP yang mengumpulkan kawan-kawannya yang bersimpati dengan perjuangan untuk membentuk satu pasukan pelajar bersenjata bersama BKR untuk mempertahankan kemerdekaan.
![]() |
Riswanto mengisahkan, saat itu pada Kamis 7 Agustus 1947 malam, Kompi Koesworo menyerang kota Purwokerto yang dikuasai Belanda dengan membawa satu regu mortir yang dikawal oleh pasukan pelajar IMAM. Pasukan lainnya tetap tinggal di Prompong mengadakan penjagaan yang ketat termasuk pasukan Hizbullah dari Tegal yang dipimpin Asikin.
Kemudian pertempuran di Prompong pecah pada keesokan harinya sekitar pukul 07.00 WIB. Pertempuran antara pasukan pelajar IMAM dengan penjajah terjadi secara tiba-tiba. Pasukan pelajar IMAM yang dipimpin oleh Mochammd Besar.
Pesawat pengintai (capung) dan satuan-satuan lapis baja menyerang Dusun Prompong dari arah selatan. Satu kolone (barisan tentara yang diatur sebagai lajur) menyusuri sungai kecil sebelah timur desa dan kolone lainnya masuk melalui kebun jagung dan jalan desa. Mereka menyelinap tanpa sekalipun mengeluarkan suara tembakan sebelum menyerang.
Tentara Belanda yang masuk membuka serangan masuk desa, sehingga terjadilah tembak-menembak yang sangat sengit dalam satu desa. Mereka harus menghadapi kondisi dan situasi yang begitu mendadak.
Keadaan saat itu, kata Riswanto, menjadi kalut dan kacau, karena tembakan datang dari depan dan belakang. Terjadilah pertempuran jarak dekat di tengah ladang jagung milik penduduk. Peluru-peluru mortir musuh maupun dari tentara sendiri berjatuhan di tengah-tengah pasukan yang sedang baku tembak.
"Pada pagi itu terjdi pertempuran sengit di selatan masjid, beberapa korban ada dari tentara pelajar IMAM dan ada dari warga sipil," jelasnya.
Namun nahas, jumlah pasukan dan senjata pasukan pelajar IMAM kalah dari musuh. Pasukan IMAM berlahan mundur dengan membawa serta korban. Termasuk pemimpin mereka Mochammad Besar dan Soeparto anggota Kompi Koesworo yang juga berasal dari IMAM serta dua korban dari Hizbullah dan tiga penduduk desa yang ikut gugur.
Dalam pertempuran tersebut, sangat terasa sekali betapa tidak berdayanya persenjataan pasukan RI yang kalah dibanding pasukan musuh. Usai pertempuran, pasukan RI mulai bergeser dari Prompong ke utara dan sebagian lagi ke arah barat.
Sebagai bentuk penghormatan untuk mengenang gugurnya para pahlawan dalam pertempuran Prompong. Maka keluarga besar IMAM membangun 'Monumen Prompong' di pertigaan jalan raya antara Purwokerto-Baturraden ini. (sip/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini