Migrasi pekerja Indonesia ke luar negeri merupakan salah satu fenomena yang terjadi saat ini. Mereka bekerja ke luar negeri ada yang legal dan ilegal sehingga menimbulkan banyak persoalan. Migrasi pekerja itu juga menyebabkan berbagai perubahan sosial di tempat asal maupun negara yang dituju.
"Ada banyak persoalan yang harus diselesaikan berkaitan isu-isu soal migrasi penduduk terutama soal demograsi Indonesia maupun secara internasional," ungkap Sekretaris Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan (PSKK) Universitas Gadjah Mada (UGM) Dr Made Pande Kutanegara saat berkunjung di kantor Biro Yogyakarta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Hiii... Ada Makam di Pasar Godean Sleman |
"Belum lagi banyak cerita pilu soal pekerja di luar negeri yang tidak dibayar, penipuan, kontrak habis, tindakan pelecehan dan lain-lain," kata Made.
Menurutnya migrasi secara umum terjadi karena pasar tenaga kerja kurang meluas. Pekerja migran Indonesia, India, Myanmar dan Filipina bermigrasi ke Hongkong, Korea atau Taiwan karena pasar di negara itu memberikan upah lebih besar, skema perlindungan sosial dan kondisi kerja yang lebih baik.
Berkaitan dengan itu, PPSKK UGM akan menggelar kuliah dan seminar Internasional mengenai kependudukan dan buruh migran. beberapa pakar baik dari dalam dan luar negeri serta mahasiswa akan mengikuti acara ini.
Acara bertajuk International Conference dan Summer Course 2018 akan digelar tanggal 6-17 Agustus 2018. Menteri Bappenas Prof Bambang P.S. Brodjonegoro akan menjadi pembicara kunci pada acara yang akan digelar di gedung UC UGM itu.
"Konferensi internasional ini mengambil tema Kependudukan dan Kebijakan Sosial di Tengah Kekacauan Dunia. Ada pembicara dari peneliti asing yang hadir," ungkapnya.
Ia mengatakan ada empat narasumber hadir. Salah satunya membahas persoalan buruh migran. Mereka adalah ahli di bidangnya masing-masing, terdiri Prof Ben White dari Belanda membahas tentang krisis pekerja muda. Ben White merupakan profesor dari International Institute of Social Studies, University in de Hague, Nederland.
"Ini salah satu bahasan yang menarik karena ada banyak persoalan buruh migran sekarang," katanya.
Ia memaparkan beberapa pakar lain seperti Lothar Smith dari Belanda yang akan membahas migrasi buruh, Prof Maria Fasli membahas big data dan kebijakan sosial. kemudian Prof Rebecca Surender tentang kebijakan perlindungan sosial.
Menurut Made hingga saat ini sudah ada 200-an peserta dari seluruh dunia yang telah mendaftar. Ratusan peserta itu diantaranya dari pemerintahan, swasta, LSM dan wakil organisasi baik organisasi perempuan, perlindungan buruh migran, praktisi kesehatan, peneliti/ilmuwan sosial dan mahasiswa.
"Isu-isu soal kependudukan, isu-isu migrasi tenaga kerja internasional, kaum muda dan kesehatan serta kebijakan perlindungan sosial akan jadi bahasan menarik," paparnya.
Made menambahkan untuk Summer Course 2018 yang akan mengambil tema International Labour Migration in the Shifting World : New Insights and Policy Challenges. Kegiatan yang digelar 7-17 Agustus 2018 ini akan mengambil lokasi di Yogya dan Wonosobo.
Ia mengatakan para peserta Summer Course akan mengikuti live in atau studi lapangan di Desa Buruh Migran (Desbumi) di Wonosbo. Mereka akan tinggal di Desa Kuripan, Margosari dan Lipursari selama 3 hari mulai tanggal 12-14 Agustus.
"Hasilnya nanti dirumuskan dan dipresentasikan sekembalinya ke Yogya, tanggal 16-17 Agustus," pungkas Made. (bgs/mbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini