Wakil Kepala Dinas Kebudayaan DIY Singgih Raharjo mengatakan pengembalian fasad di Malioboro ini agar supaya selaras dan serasi. Dia menjelaskan bahwa bangunan yang rata-rata usianya lama dan juga bangunan cagar budaya tetap dipertahankan wajah aslinya tetapi harus bisa memberikan manfaat kepada masyarakat.
"Tahun ini kita lakukan, ini kajian untuk memulainya sedang dilakukan, akhir tahun ini (dimulai revitalisasi)," kata Singgih Raharjo di kantor Gubernur DIY, Jumat (3/8/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita tetap bisa nostalgia tetapi kemanfaatan masyarakat juga ada," katanya.
Menurutnya, bangunan cagar budaya di sepanjang Malioboro tidak terlalu banyak. Namun dari sisi usia bangunan memang rata-rata sudah cukup lawas.
Menurutnya, bangunan-bangunan lama itu harus dipertahankan agar selaras dan serasi. Oleh karena itu untuk rehab harus masuk dalam rekomendasi Dinas Kebudayaan agar tetap terjaga keaslianya.
Sementara itu, untuk bangunan cagar budaya di luar Malioboro seperti stadion Kridosono yang berada di kawasan Kotabaru pastinya juga tidak akan berbeda jauh dari konsep awalnya. Kridosono yang menjadi bagian kawasan cagar budaya Kotabaru konsep awalnya adalah sebagai sport center.
"Di Kridosono itu ada kolam renang pertama, di situ ada mata air yang tidak pernah kering," pungkasnya. (sip/sip)