Adi Muhadi, salah satu petani jagung di Desa Beji menuturkan, serangan babi hutan sudah menyerang 60 persen perkebunan warga. Baik tanaman jagung, singkong, albasia hingga padi.
"Rata-rata di Desa Beji menanam jagung. Padahal masa tanam sudah sampai 3 bulan," terangnya saat ditemui wartawan di kebun jagung di Desa Beji, Kecamatan Pandanarum, Banjarnegara, Selasa (17/7/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Termasuk saat tanaman jagung dan albasia yang masih muda ini habis dipupuk, itu juga menjadi sasaran babi hutan, karena banyak cacingnya," kata dia.
Hingga saat ini, luasan kebun yang terkena serangan babi hutan sekitar 5 hektar. Bahkan, ada yang satu lahan warga habis diserang hama babi hutan. Padahal untuk kebutuhan sehari-hari, sebagian besar warga di Desa Beji bergantung pada hasil pertanian.
"Warga di sini rata-rata bekerja sebagai petani. Makanya, hasil panen ini menjadi tumpuan untuk kebutuhan sehari-hari," ujarnya.
Diwawancara terpisah, Kepala Desa Beji Siti Aminah menambahkan, serangan babi hutan saat ini sudah meresahkan warga. Bahkan, 'babi hutan juga sempat masuk ke pemukiman warga.
"Sampai ada babi hutan yang masuk ke permukiman warga. Untungnya tidak sampai melukai orang," katanya saat ditemui wartawan di kantornya.
Menurutnya, banyaknya serangan babi hutan ini lantaran dampak ekosistem. Babi hutan sudah mulai kesulitan mencari makanan di hutan sehingga mereka masuk ke perkebunan warga.
"Kalau di tempat mereka tinggal sudah tidak ada makanan kemudian menyerang perkebunan warga. Upaya pencegahan, paling warga melakukan pemburuan dengan membawa anjing peliharaan," terangnya. (sip/sip)