Seperti yang dilakukan warga Desa Pedawang RT 3 RW 3, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus. Adalah Alika Naila Putri, putri pasangan Jama'ah (26) dan Solichatun (25). Jama'ah mengaku dia memang sengaja melangsungkan prosesi Tedak Siten. Kegiatan tersebut mengundang puluhan anak-anak tetangganya.
Adapun tujuan dari pelaksanaan tradisi, yaitu supaya anak-anak sekitar dapat mengenal tradisi atau budaya Jawa tempo dulu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saksikan juga video 'Melihat Tradisi Potong Rambut Gimbal di Merbabu':
"Sehingga dapat dibangkitkan kembali di tengah gerusan era digital seperti sekarang," kata Jama'ah di rumahnya, Senin (16/7/2018).
Dia menuturkan kalau zaman semasa kecil dulu memang masih banyak warga mengadakannya tradisi ini. Bahkan, dia sering mengahadiri prosesi Tedak Siten anak-anak tetanggnya. Namun seiring berjalannya waktu kini tradisi tersebut mulai jarang dilakukan lagi.
![]() |
Tedak Siten juga dikenal sebagai upacara turun tanah. 'Tedak' berarti turun dan 'siten' berasal dari kata 'siti' yang berarti tanah. Prosesi ini juga bertujuan supaya anak tumbuh menjadi anak mandiri.
"Anak saya ditaruh dalam kurungan. Dilungguhke ne gemblong (didudukkan di atas gemblong atau makanan jadah)," bebernya.
Sedangkan, dalam kurungan itu juga terdapat uang, buku, dan pensil, serta jajan. Anaknya memilih buku.
![]() |
"Tak tahu saya, kenapa anak saya memilih buku," ujarnya.
Dia juga menerangkan pada prosesi itu, sesepuh desa setempat ikut mendoakan hingga akhirnya acara selesai.
"Terus diakhiri dengan sebar duit receh dan diperebutkan anak-anak. Biar acara semakin ramai," imbuhnya.
![]() |
Nur Said, pemerhati budaya IAIN Kudus menjelaskan sampai saat ini tidak banyak warga Kudus yang menyelenggarakan Tedak Siten.
"Masih ada walau tidak banyak," kata Said kepada detikcom melalui telepon.
Dijelaskannya lebih lanjut, Tedak Siten itu tradisi Jawa. Praktis, ada banyak daerah yang melakukannya. Di Cirebon, Kudus, dan beberapa kota lain.
Sebenarnya sejak kapan tradisi ini ada? Said menuturkan, tradisi Tedak Siten ada sejak nenek moyang ada. Dia menerangkan, semua proses ritual dalam tradisi Jawa, termasuk Tedak Siten adalah bahasa simbolik yang ajarkan kearifan hidup.
"Bagaimana relasi dengan manusia, alam dan Tuhan secara harmoni," pungkas Said.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini