Seorang karyawan di Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Haryono, menilai cuaca dingin sudah terjadi dalam sepekan terakhir.
"Dinginnya tidak normal, bikin nggak enak badan. Kemarin di Boyolali lebih dingin, ini tadi saya harus pakai sweater plus jaket kulit," katanya usai melakukan perjalanan dari Jaten, Karanganyar ke kampus, Senin (9/7/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Memang sejak tiga hari yang lalu lebih dingin. Tapi masih normal kok. Kemarin malam saya dari Terminal Karanganyar ke Solo tanpa jaket, dinginnya biasa saja," ujar warga Baki, Sukoharjo.
Salah satu sopir becak di daerah Grogol, Sukoharjo, Teguh, pagi ini juga terlihat mengenakan kaus berlengan pendek dan bercelana pendek. Menurutnya suhu dingin beberapa hari ini normal.
"Iya dingin, tapi biasa. Tidak perlu pakai jaket," ujarnya.
Bryan, warga Jalan Kutai Timur, Sumber, Banjarsari, Solo, mengaku cuaca di Solo memang cukup dingin. Namun hal tersebut tidak membuat aktivitasnya terganggu.
"Masih jalan-jalan pagi biasa. Kebetulan kemarin habis pulang dari Belanda, mungkin gara-gara itu saya tidak begitu merasa dingin. Di sana kan lebih dingin," ungkapnya.
Menurut, Kasi Data BMKG Jateng, Iis Widya Harmoko, penyebab suhu dingin tersebut antara lain ialah faktor posisi matahari yang berada di belahan bumi utara dan faktor angin.
"Kita biasa menyebut bediding ya, ini biasa terjadi saat musim kemarau. Saat ini kan matahari berada di belahan bumi utara, jadi tekanan udara di utara lebih rendah dibandingkan selatan," kata Iis, dihubungi detikcom.
Kemudian, dengan kondisi tekanan udara tersebut, angin kemudian bertiup dari selatan menuju utara. Sedangkan di selatan Jawa, yakni Australia sedang mengalami musim dingin, sehingga angin yang bertiup pun bersuhu dingin.
Iis menyebut suhu di Solo dan sekitarnya berkisar antara 20-30 derajat celsius. Suhu tersebut menurutnya masih wajar untuk daerah Solo dan sekitarnya.
"Masih normal. Berbeda dengan Dieng kemarin, itu memang tidak wajar," tutupnya. (sip/sip)











































