Seperti SMPN 3 Surakarta, dari kuota 232 siswa, baru terseleksi 110 siswa. Di SMPN 10 Surakarta, dari kuota 149 siswa, sudah terseleksi 107 siswa. Sedangkan di SMPN 26 Surakarta, baru terseleksi 32 siswa dari kuota 169 siswa.
Hal tersebut cukup mengherankan, terutama untuk SMPN 3 dan 10 yang sekolahnya dinilai favorit. Kepala Dinas Pendidikan Surakarta, Etty Retnowati, menilai banyak faktor yang mengakibatkan hal tersebut bisa terjadi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di sisi lain, terdapat pula siswa yang tidak diterima dalam PPDB SMP karena menumpuknya siswa dalam zonasi tertentu. Pemkot berjanji tetap akan mengakomodasi siswa yang belum mendapatkan sekolah.
"Bagi yang belum mendapatkan sekolah, besok (Senin) bisa langsung datang ke sekolah tempatnya kemarin mendaftar. Nanti dari sana akan diarahkan oleh petugas, boleh mendaftar ke sekolah terdekat walaupun lintas zona," ujarnya.
Sementara itu, Wali Kota Surakarta, FX Hadi Rudyatmo, mengatakan kejadian tersebut diakibatkan karena infrastruktur yang belum sempurna. Jumlah sekolah di tiap kecamatan, menurutnya, masih belum merata.
"Kita kan ini hanya melaksanakan peraturan,. Namun memang infrastrukturnya belum sempurna. Kalau nanti satu kecamatan minimal ada lima sekolah, pasti bisa jalan," kata Rudy saat ditemui di rumah dinas Loji Gandrung.
Sedangkan masalah jarak zonasi, menurutnya tidak perlu diatur ulang. Sebab, hal tersebut sudah melalui kajian yang matang oleh pemkot dan Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta.
"Jarak sudah kita perhitungkan, itu dihitung dari kantor kelurahan. Kemarin kita sesuaikan, seperti di Karangasem itu sebenarnya tidak dapat zonasi, tapi kita sesuaikan jadi dapat SMP 12, 2, 9 dan 27," katanya. (sip/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini