Cerita Guru SD di Sleman Pelatihan Astronaut di Kantor NASA

Cerita Guru SD di Sleman Pelatihan Astronaut di Kantor NASA

Ristu Hanafi - detikNews
Selasa, 03 Jul 2018 09:53 WIB
Nur Fitriana, guru SD N Deresan, Sleman yang ikut pelatihan astronaut di USSRC, Amerika Serikat. Foto: Dok Nur Fitriana
Sleman - Lolos sebagai salah satu peserta pelatihan astronaut di US Space & Rocket Center (USSRC) yang berada di kompleks kantor National Aeronautics and Space Administration (NASA) Amerika Serikat menjadi pengalaman spesial bagi Nur Fitriana (32), guru Sekolah Dasar (SD) Negeri Deresan, Kabupaten Sleman. Selama lima hari, mulai 21-25 Juni 2018, Fitri dilatih oleh profesor bidang astronaut dan bisa bertemu langsung dengan astronaut yang sudah menjalani misi ke luar angkasa.

Ditemui di SDN Deresan, Fitri menceritakan pengalamannya tersebut.

"Setelah dinyatakan lolos seleksi, dari total 2.776 pendaftar dari seluruh dunia, saya bersama 9 peserta dari Indonesia senang tapi juga khawatir," tutur Fitri, Senin (2/7/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kekhawatiran itu sempat muncul ketika hendak mengurus dokumen imigrasi, sekitar 3 pekan sebelum keberangkatan. Fitri mengaku saat itu terjadi peristiwa teror bom di Surabaya dan dia bersama peserta dari Indonesia lainnya memiliki nama berbau muslim dan ada yang berkerudung, termasuk dirinya. Di kantor imigrasi sempat ditanya-tanya secara detail keperluan ke luar negeri. Namun kekhawatiran itu sirna setelah menjelaskan menjadi peserta pelatihan astronaut NASA.

"Kami akhirnya disambut hangat, bahkan dipercepat prosesnya," terangnya.

Tonton juga 'Ini Fitri, Guru SD asal Sleman yang Ikut Pelatihan Astronaut di AS':

[Gambas:Video 20detik]


Setiba di Amerika, Fitri bersama total 118 peserta dari 67 negara diinapkan di asrama di Alabama. Peserta dibagi dalam 8 grup. Hari pertama hingga hari kelima pelatihan, peserta diberi pelatihan beragam.

"Dilatih soal STEM (science, technology, engineering, mathematics) yang ternyata menjadi salah satu dasar pelatihan astronaut, dilatih oleh profesor-profesor, lalu diajak simulasi astronaut, bertemu dan tanya jawab dengan astronaut yang sudah menjalani misi, kami juga diberi bukunya langsung dengan foto dan tanda tangan, bertemu mekanik dan penelitinya, juga berkeliling museum NASA. Jadi meski di sana pengamanan sangat ketat, tapi rasanya tidak ada jarak antara kami dengan mereka," urainya.

Diungkapkannya, para peserta sejak hari pertama didoktrin agar memposisikan diri seperti anak usia 12 tahun. Yakni menuruti perintah tanpa ada bantahan. Hal itu ketika peserta menjalani simulasi, harus mengikuti seluruh rangkaian seperti menerbangkan pesawat ke luar angkasa, pendaratan ke bulan dan Mars, kembali mendarat ke bumi, hingga simulasi ketika ada kerusakan mesin hingga pesawat jatuh akibat gagal terbang.

"Ada simulasi ketika pesawat jatuh di danau, pilotnya tewas, kami harus bekerja sama menyelamatkannya ke luar pesawat. Juga didoktrin agar peserta mencoba seluruh alat meski ada yang takut ketinggian, panik di keramaian, dan takut di ruang gelap. Karena kata mereka kalau tidak mencoba semua alat maka rugi besar kami sudah lolos seleksi dan bisa masuk ikut pelatihan langsung di NASA" kisahnya.

Selain itu, para peserta yang berprofesi sebagai guru ini dilatih memanfaatkan benda-benda terkait dengan materi STEM. Seperti robotik, menerbangkan roket berbahan plastik dan koran bekas diterbangkan pakai serbuk bahan kembang api.

"Kami dibebaskan berkreasi tapi 15-20 menit harus selesai, setelah itu dievaluasi, apa yang membuat gagal, sudut, kecepatan, kemiringan, seperti bermain roket pakai bahan bekas, tapi di balik itu mengukur kecepatan, sudut, jarak. Juga diminta menerjunkan telur yang dipasangi parasut dan kardus dari lantai 2, telur tidak boleh pecah. Jadi selain dilatih dengan peralatan canggih, kami juga dilatih pakai benda bekas," ujarnya.

Menurutnya, di balik pelatihan selama 5 hari ini ada pembelajaran soal teknologi, disiplin, karakter, dan mental, yang bisa diaplikasikan saat mengajar siswa di sekolah.

"Pelatihan ini memang didedikasikan untuk guru terpilih. Bagi saya pelatihan ini istimewa, karena kalau belajar STEM bisa download jurnal di atau video di internet. Tapi yang istimewa bagaimana bisa berinteraksi langsung dengan mereka, tanya jawab, kebanyakan tanya soal apa kesulitan untuk jadi astronot, apakah harus ahli matematika, menang olimpiade, ternyata tidak, tapi siap mati dan mau berjuang untuk kepentingan bersama, tidak hanya satu negara tapi penelitian demi bumi, apa yang harus dilakukan untuk bumi, penelitian sains, alam, matematika, pengorbanan mereka untuk sains," imbuhnya.

Tonton juga 'Aksi Sosial 'Satu Bulan Satu Kebaikan' Ala Brigadir Sandi':

[Gambas:Video 20detik]


"Juga melatih pendidikan karakter karena butuh kerjasama tim, disiplin, mengontrol kepanikan, mental, ini bisa diterapkan ke siswa. Ketika dapat tugas, mau gak mau harus selesaikan mau itu susah atau gampang, siswa cari solusi, atau kerjakan PR, apalagi kurikulum 2013 pembelajaran lebih banyak praktik. Kami maknai setiap belajar apa tujuan dan manfaatnya," urainya.

"Jadi saat siswa memiliki cita-cita atau bakat, jangan ditakuti, tapi dimotivasi, praktik dengan apapun alat yang dimiliki di sekolah, jika tidak ada fasilitas teknologi bisa pakai benda-benda yang ada. Semuanya butuh proses," pungkasnya.

Cerita Guru SD di Sleman Pelatihan Astronaut di Kantor NASA
(sip/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads