Berbagai makanan seperti kue dan aneka camilan akan disajikan dalam Hari Raya Idul Fitri yang akan segera datang. Salah satu makanan yang tak ketinggalan dan menjadi pendamping sajian makanan lain adalah emping melinjo.
Karena menjadi makanan khas dan favorit di kalangan warga Purworejo, camilan keripik gurih dari biji melinjo itu seakan wajib disajikan di atas meja saat lebaran. Selain bisa dibeli di toko makanan, emping juga bisa didapat dengan cara memesan langsung dari perajin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Proses pembuatan emping di Purworejo. Foto: Rinto Heksantoro/detikcom |
Salah satu pengrajin emping, Suto Utomo (60) warga RT 01/ RW 01, Desa Dudu Kulon, Kecamatan Grabag mengatakan bahwa selama bulan Ramadan terlebih ketika mendekati Hari Raya Idul Fitri dirinya kebanjiran pesanan dari para pelanggan. Kecamatan Grabag sendiri merupakan salah satu sentra pembuatan emping di Purworejo.
Untuk jasa pembuatan emping, lelaki yang sudah 34 tahun bergelut dengan emping itu mematok harga Rp8.000, per kg. Pelanggan yang datang tinggal membawa biji melinjo mentah untuk diolah menjadi emping.
Emping buatan pengrajin di Purworejo. Foto: Rinto Heksantoro/detikcom |
"Kalau Ramadan apalagi mendekati lebaran kayak gini pasti banyak yang ke sini minta dibuatin emping. Jadi mereka bawa melinjo sendiri dari rumah terus di sini diolah jadi emping. Rata-rata per orang bawa 5 - 10 kg melinjo. Ongkos pembuatannya per kilo 15 ribu kalau sampai matang dan digoreng, tapi kalau cuma sampai dijemur kering tidak digoreng ya Rp8 ribu per kilo," kata Suto sembari menumbuk biji melinjo, Selasa (5/6/2018).
Emping buatan pengrajin di Purworejo. Foto: Rinto Heksantoro/detikcom |
Suto yang dibantu anak dan istrinya dalam membuat emping itu mulai mengolah pesanan dari para pelanggannya dari subuh hingga menjelang sore. Sebelum menjadi emping, biji melinjo disangrai dan dikupas kulitnya. Setelah itu ditumbuk hingga pipih dengan palu genggam dari besi di atas alas lempengan batu, kemudian dijemur hingga kering.
Palu genggam untuk menumbuk biji melinjo. Foto: Rinto Heksantoro/detikcom |
"Ditumbuk saat masih panas kayak gini biar bisa pipih dan jadinya bagus. Kalau ciri khas sini memang empingnya gini, jadi satu biji melinjo ditumbuk jadi satu emping, mungkin beda dengan emping daerah lain yang dibikin dari beberapa melinjo sekaligus," imbuh Suto.
Saking banyaknya pesanan, Suto sampai menolak pelanggan lain yang ingin menggunakan jasanya dalam membuat emping. Karena diolah secara manual, ia hanya mampu mengolah 15 kg biji melinjo per hari.
"Kewalahan mas, sudah banyak yang kami tolak. Tenaganya udah nggak sanggup," lanjutnya.
Proses pembuatan emping di Purworejo. Foto: Rinto Heksantoro/detikcom |
Sementara itu, Sri Endang (52) salah satu warga yang datang untuk mengecek pesanan empingnya mengaku lebih memilih memesan langsung daripada membeli di toko. Selain lebih murah, rasanya juga lebih alami.
"Udah kemarin-kemarin mas, itu bawa 10 kg tapi ini belum jadi emping katanya masih antre. Lebih seneng bikin di sini langsung karena lebih murah, rasanya juga lebih enak dan gurih terasa biji melinjonya. Ya sudah langganan di sini, selain untuk lebaran nanti juga mau buat oleh-oleh saudara yang mudik," tuturnya.
Tonton juga video: 'Bisnis Kerupuk Rambak Kulit Sapi Meningkat Jelang Lebaran'
(sip/sip)












































Proses pembuatan emping di Purworejo. Foto: Rinto Heksantoro/detikcom
Emping buatan pengrajin di Purworejo. Foto: Rinto Heksantoro/detikcom
Emping buatan pengrajin di Purworejo. Foto: Rinto Heksantoro/detikcom
Palu genggam untuk menumbuk biji melinjo. Foto: Rinto Heksantoro/detikcom
Proses pembuatan emping di Purworejo. Foto: Rinto Heksantoro/detikcom