Sembahyang di pura dimulai pukul 17.00 WIB, yang dipimpin Romo Wiku Satya Dharna Telaga. Dalam sembahyang yang dilangsungkan di pura tersebut, umat juga membawa sesaji berupa bunga dan buah-buahan. Adapun perayaan Hari Raya Galungan jatuh pada Rabu Kliwon, Wuku Dungulan.
Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kota Salatiga, Gusi Ketut Wirata mengatakan, Hari Raya Galungan tidak lepas dari Hari Raya Kuningan. Seminggu sebelum Hari Raya Galungan ada sugihan (membersihkan diri) maupun alat yang mau dipakai untuk Hari Raya Galungan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Adapun tema tersebut, kata dia, sangat relevan dan kekinian sesuai sekarang.
"Agar umat berucap yang baik, berpikir yang baik dan bertindak yang baik. Kemudian kebhinnekaan tetap kita bina," tuturnya.
Untuk umat Hindu di Kota Salatiga, katanya, ada 300 Kepala Keluarga (KK), namun yang tadi ikut sembahyang sekitar 40-an umat.
"Salah satu kendalanya kalau di sini, Hari Raya Galungan tidak tanggal merah sehingga ada umat yang bekerja," ujarnya.
Untuk sembahyang tersebut dimulai sekitar pukul 17.00 WIB dan berakhir pukul 18.00 WIB. Usai sembahyang, umat saling bersilaturahmi dan diakhiri dengan makan bersama.
"Perayaan Galungan di sini bersamaan dengan waktu (weton) peletakan batu pertama pembangunan pura tahun 1995," kata dia. (bgs/bgs)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini