"Produk 21 Mei adalah material baru yang berasal dari dalam Gunung Merapi, bukan material lama yang berada di kawah atau permukaan," kata Kepala BPPTKG Yogyakarta, Hanik Humaida di kantornya, Jumat (25/5/2018).
Hanik menegaskan, letusan Merapi tanggal 11 Mei dengan 21 Mei berbeda. Letusan pada tanggal 11 Mei mendorong material lama sisa erupsi 2010 ke permukaan, sementara letusan 21 Mei mendorong material baru.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu komponen material baru dari debu hasil letusan 21 Mei adalah silika. Karena letusan tersebut unsur magmatiknya lebih dominan, maka letusan itu bisa disimpulkan sebagai awal menuju proses erupsi magmatik.
"Masih awal menuju ke proses (erupsi) magmatik. Ini salah satu indikasinya adalah hasil parameternya," ungkapnya.
Namun Hanik menegaskan letusan yang terjadi tanggal 21 Mei dan setelahnya tidak bisa dikategorikan sebagai erupsi magmatik. Sebab, letusan tersebut masih deflasi, seismik dan vulkaniknya juga masih tetap.
"Masih belum jelas apakah ini dalam artian sampai di mana magmatik itu akan benar-benar muncul menuju permukaan," sebutnya.
Hanik melanjutkan, letusan tanggal 21 Mei yang mendorong material baru tersebut terjadi karena dorongan gas. Yakni karena adanya proses akumulasi gas dan uap air yang terjadi di conduit atau di dalam tubuh Gunung Merapi.
"Kemudian yang membawa adalah gas-gas pressure dari dalam yang menuju permukaan itu," paparnya.
"Justru sekarang ini menuju ke efusif (proses keluarnya magma ke permukaan karena tekanan gas dan hanya menimbulkan lelehan). Karena apa? Dengan adanya indikasi yang sangat lemah jadi dari deformasi itu kan sedikit sekali," tutupnya. (sip/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini