"Kenapa kita itu menaikkan status? Mungkin ini yang perlu diketahui, bahwa sejak 11 Mei kemarin itu kan ada erupsi (freatik)," kata Kepala BPPTKG Yogyakarta, Hanik Humaida dalam rapat antar instansi di Pusdalops BPBD DIY, Selasa (22/5/2018).
Memang sejak tanggal 11 Mei 2018 terjadi erupsi freatik di Merapi. Selang 10 hari kemudian terjadi lagi erupsi freatik Senin kemarin pukul 01.25 WIB, bahkan setelahnya masih terjadi erupsi freatik di Merapi sebanyak tiga kali terakhir dini hari tadi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara Staf Ahli Geologi Gunung Api BPPTKG Yogyakarta, Dewi Sri menambahkan, dari empat kali letusan freatik dari Senin sampai Selasa dini hari terdapat beberapa kesamaan. Salah satunya adalah jarak waktu antar letusan.
Dewi memaparkan, setelah letusan freatik pada Senin pukul 01.25 WIB, setelahnya disusul letusan freatik pukul 09.38 WIB dan pukul 17.40 WIB. Kemudian Selasa dini hari tadi masih ada letusan freatik yang terjadi sekitar pukul 01.47 WIB.
Menurutnya, bila dicermati antara letusan pertama sampai keempat rata-rata hanya berjarak 7-8 jam. Oleh karenanya, pihak BPPTKG Yogyakarta mengambil langkah meningkatkan status dan radius Merapi menjadi tiga kilometer dari puncak.
"Sementara yang kemarin (erupsi freatik polanya seperti itu), kalau setelahnya kami tidak tahu," ungkapnya.
Selanjutnya Dwi menerangkan, dari keempat letusan di Merapi kesemuanya berciri-ciri freatik. Hal tersebut bisa dilihat dengan tidak adanya magma yang keluar dari kubah lava Merapi.
"Sekecil apapun, tapi insyaallah kalau sudah magmatik maka dia akan memunculkan warna berbeda (merah) yang terekam di CCTV," tutupnya. (bgs/bgs)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini