Raden Mas Cokrojoyo sendiri adalah anak dari Pangeran Semono yang merupakan keturunan Prabu Brawijaya. Menurut cerita, konon pertemuan Cokrojoyo dengan Sunan Kalijaga terjadi ketika Sunan Kalijaga melakukan syiar Islam di daerah Bagelen, yang kini menjadi Purworejo.
Setibanya di daerah Bagelen, Sunan Kalijaga mendengar Cokrojoyo yang seorang penyadap nira sedang nembang atau bernyanyi. Mendengar suara nyanyian Cokrojoyo, Sunan Kalijaga sangat takjub, kemudian dia mendekati Cokrojoyo.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kalijaga pun bertanya mengenai hasil penjualan dari gula aren tersebut, dan Cokrojoyo pun menjawab bahwa hasil gulanya biasa digunakan untuk fakir miskin.
![]() |
"Mendengar jawaban tersebut Sunan Kalijaga kemudian memerintahkan Cokrojoyo untuk mengubah syair tembangnya dengan lantunan dzikir dan pujian kepada Allah. Sunan Kalijaga kemudian melanjutkan perjalanan ke tempat lain," lanjutnya
Setelah itu, lanjut Budiono, Cokrojoyo kembali melakukan kegiatan membuat gula aren dengan bernyanyi menggunakan syair barunya yang didapat dari Kanjeng Sunan. Cokrojoyo sangat terkejut melihat gula hasil olahannya ternyata menjadi emas batangan.
Setelah menyadari keanehan tersebut Cokrojoyo kemudian mencari Sunan Kalijaga untuk mengucapkan terimakasih sekaligus meminta agar dirinya diangkat menjadi murid Sunan Kalijaga.
Akhirnya Cokrojoyo bertemu dengan Kanjeng Sunan dan mengutarakan maksudnya agar diangkat menjadi murid. Mendengar apa yang disampaikan oleh Cokrojoyo, Sunan Kalijaga memberikan sebuah syarat agar Cokrojoyo tinggal di hutan hingga Sunan Kalijaga kembali ke tempat tersebut.
"Dengan menancapkan tongkatnya, Sunan Kalijaga berpesan kepada Cokrojoyo agar menunggui tongkat tersebut sambil berdzikir kepada Allah SWT hingga Sunan Kalijaga kembali lagi le tempat itu," imbuh Budiono.
Waktu pun berlalu, hingga tempat dimana Cokrojoyo berdzikir sambil menunggu tongkat Sunan Kalijaga telah ditumbuhi ilalang dan tumbuhan liar lainnya. Sunan Kalijaga yang telah lama berkelana, teringat kepada calon muridnya yang telah lama dia tinggalkan.
Maka Kalijaga pun kembali ke hutan tersebut, tapi tak menemukan Cokrojoyo karena lebatnya tumbuhan. Karena tak kunjung ketemu, Sunan pun membakar hutan itu untuk memudahkan pencarian.
"Akhirnya Cokrojoyo terlihat, sekalipun api telah membakar tumbuhan di sekelilingnya tapi tubuh Cokrojoyo dan tongkat sang Sunan tak terbakar sedikitpun, hanya bagian bajunya yang terbakar dan tubuhnya nampak agak hitam seperti gosong. Menyaksikan kesetiaan dan kekuatan hati Cokrojoyo tersebut, akhirnya sejak saat itu Cokrojoyo diberi gelar Sunan Geseng (gosong) oleh Sunan Kalijaga," beber Budiono.
![]() |
Setelah menimba ilmu keislaman dari Sunan Kalijaga, kemudian Sunan Geseng ditugaskan berdakwah di daerah Purworejo, Jawa Tengah dan sekitarnya seperti di Klaten, Yogyakarta, Magelang, Demak, hingga Tuban Jawa Timur. Keberadaan makam Sunan Geseng pun tidak hanya satu, namun juga terdapat di beberapa daerah dan masing-masing dipercayai oleh warga setempat.
Keberadaan petilasan atau tempat Sunan Geseng bertapa dan berdzikir itu hingga kini masih dijaga dan dilestarikan. Selain sebagai penanda keberadaan Sunan Geseng yang berasal dari Purworejo, petilasan yang terletak di ujung bukit desa setempat itu juga dijadikan tempat ziarah dan berdoa. (sip/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini