Bangunan masjid yang disangga dengan empat tiang penyangga utama dari kayu. Selain itu, di atas ruang pengimaman tertulis huruf Arab maupun huruf Jawa serta tertulis angka tahun 1816.
Dalam piagam tersebut disebutkan pembangunan masjid dilakukan Kiai Mas Ngabehi Astrawijaya atau yang memiliki nama asli Kiai Domo. Warga secara turun temurun mengenalnya Kiai Domo sebagai seorang bangsawan dari Keraton Surakarta Hadiningrat.
![]() |
"Sesuai dalam piagam masjid ini berdiri tahun 1816. Semua bangunan ini masih asli, hanya di serambil yang baru," kata Ketua Takmir Masjid Besar Suruh, Achmad Ma'mun (72), saat ditemui, Jumat (18/5/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Peninggalan lainnya tempat untuk kutbah. Tapi, tempat kutbah yang masih asli sekarang sudah tidak dipakai karena dimakan usia untuk faktor keselamatan dan masih ada di dalam masjid," ujarnya.
Selain masjid yang kini telah berusia 202 tahun atau 2 abad itu, ada peninggalan lain berupa beduk besar dan kentongan. Untuk kentongan besar yang digantung dekat beduk tersebut tertulis angka tahun 1889.
"Kalau informasi yang kami terima beduk yang terbesar pertama di Purworejo, kedua yang ada disini," ujarnya.
Wakil Ketua Takmir Masjid Besar Suruh, M Zakaria (66), menambahkan, selain masjid yang sudah masuk Benda Cagar Budaya, ada peninggalan lainnya.
![]() |
"Di depan masjid ada jam bancet, tapi kalau orang-orang sekarang nggak bisa membacanya," ujar dia.
Selama puasa Ramadan, kata dia, kegiatan yang dilangsungkan antara lain salat tarawih, tadarus Alquran dan buka bersama.
"Untuk buka bersama, menu buka dari warga," katanya.
(bgs/bgs)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini