Secara bergotong royong, mereka menyingkirkan material lumpur dan membuka kembali jalan yang terputus di Pegunungan Lio, Desa Pasirpanjang. Kerjabakti ini melibatkan warga desa, ormas, karang taruna dan para santri. Tidak ketinggalan para sopir angkutan umum yang setiap hari membawa penumpang dari dan menuju Salem.
Uteng, yang merupakan sopir travel mengatakan kegiatan ini merupakan inisiatif warga termasuk para sopir baik angkutan umum, barang maupun travel. Menurutnya, selama Jalan Salem Banjarharjo di Gunung Lio terputus akibat longsor pada 22 Februari 2018 lalu, para sopir harus memutar lewat Bumiayu. Warga yang akan ke Brebes kota maupun Jakarta harus melewati Bumiayu dengan tambahan waktu paling sedikit 3 jam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pembukaan akses jalan ini sebenarnya cukup berisiko mengingat adanya potensi longsor susulan.
"Sebenarnya tidak boleh karena berbahaya, tapi jalan ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Karena untuk menuju Brebes lebih dekat lewat gunung Lio dan Banjarharjo, dibanding lewat Bumiayu," lanjutnya.
Diwawancara terpisah, Ketua Tanggap Bencana Ansor Kabupaten Brebes, Koko mengatakan, paska bencana longsor, dirinya banyak mendapatkan keluhan masyarakat Salem. Karena banyak dari warga Salem yang setiap hari bekerja di Kecamatan Banjarharjo maupun Brebes.
Jalan yang tertutup timbunan tanah, terang Koko kurang lebih 300 meter dan sekitar 250 meter sisanya hilang atau putus. Koko berharap, pemerintah segera membuatkan jalan Salem Banjarharjo yang lebih aman.
"Mereka mengeluh kalau berangkat kerja harus mutar lewat jalur Bumiayu. Jangan hanya karna jalan ada ruas jalan sepanjang 550 meter yang tertutup timbunan tanah, warga harus mutar jauh dan biaya yang banyak," tukas Koko. (sip/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini