Setidaknya, sudah ada 20 unit rumah yang terkena abrasi. Sebagian dari rumah-rumah itu bahkan sudah tergenangi air laut. Rata-rata kerusakan terjadi pada bagian pondasi rumah. Sebagian besar rumah terbuat dari kayu sehingga rawan ambruk ketika diterjang abrasi.
Kepala Desa Karangmangu, Jumali, mengakui meski kondisinya mengkhawatirkan namun warga masih enggan mengungsi. Hingga kini warga masih bertahan di rumah yang telah terkena abrasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Terjangan abrasi itu telah terjadi sejak dua pekan lalu dan kian parah. "Sudah kita laporkan kepada Pemkab. Sementara saat ini penanganannya menggunakan bambu dan karung pasir," kata lanjutnya.
Dalam pengaduan tersebut, Kades mengusulkan agar ada pembangunan penahan gelombang sepanjang 50 meter. Panjang penahan gelombang usulannya ini mempertimbangkan keberadaan bangunan serupa yang sudah ada di sebelah barat desa.
Jika tak segera ditangani, dikhawatirkan jumlah unit rumah yang terdampak bisa kian bertambah. Melihat musim, menurutnya akan datang musim angin baratan yang justru akan menimbulkan dampak yang lebih besar.
"Sementara ini ada 20 rumah yang sudah terdampak. Kalau tidak segera mendapatkan penanganan, ada 40 rumah lainnya yang sudah terancam. Apalagi ini sudah tiba musim baratan," paparnya.
Saat dikonfirmasi, Kepala BPBD Rembang, Purwadi Samsi, mengaku hanya dapat melakukan penanganan secara sementara. Terkait penanganan secara permanen, pihaknya menyebut hal itu merupakan kebijakan Pemerintah Provinsi.
"Kita hanya bisa bantu penanganan pemecah ombak dengan bambu atau karung pasir. Penanganan lebih lanjut menunggu arahan Bupati, karena kan saat ini wilayah pantai pesisir memang wewenang provinsi. Sehingga harus dari Bupati," katanya via telepon. (mbr/mbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini