Tabuhan tersebut dilakukan Bupati Rembang, Abdul Hafidz, dengan Kepala Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Provinsi Jawa Tengah, Urip Sihabudin. Dikatakan oleh Urip, festival semacam telah digelar selama 7 kali berturut-turut setiap tahun. Kali ini berlokasi di Kabupaten Rembang bertepatan dengan momentum perayaan Hari Kartini.
"Kami punya misi agar jamu ini bisa lebih dikenal dan kembali dicintai masyarakat. Di Indonesia terdapat 30 ribu varian tanaman, 2.500 di antaranya merupakan tumbuhan herbal yang bisa diolah sebagai jamu," papar Urip kepada wartawan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Ia menyebutkan, jamu harus dipertahankan. Bukan hanya mempengaruhi konsumen, para produsen jamu juga terus berinovasi agar jamu tetap eksis dengan menciptakan jamu dalam wujud yang lain.
"Memang harus diakui bahwa jamu saat ini sudah mulai meredup. Masyarakat terkadang memilih obat kimia karena efeknya cepat, sedangkan jamu memang lebih lama tapi kan tanpa efek samping apapun. Saya sudah menemui jamu dalam bentuk es krim, kapsul, atau bahkan dalam wujud lainnya," imbuhnya.
Bupati Rembang, Abdul Hafidz, menegaskan jamu tradisional adalah aset luar biasa bangsa Indonesia. Dari sejumlah penelitian terbukti bahwa banyak tanaman di Indonesia justru jadi komoditas yang diminati pihak luar negeri untuk dijadikan obat berbagai penyakit.
Dalam festival tersebut terdapat 50 stan, yang diikuti oleh 35 Kabupaten/kota se Jawa Tengah, ditambah sejumlah perusahaan jamu yang ada di wilayah Jawa Tengah. (mbr/mbr)