Pernahkan anda minum es dawet? Ya, minuman khas yang terdiri dari cendol dan pemanis dari gula kelapa ini memang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia terutama masyarakat Jawa. Namun di Kabupaten Purworejo, dawet tidak hanya dijadikan sebagai minuman saja, melainkan juga sebagai makanan yang unik dan biasa disebut dawet goreng.
Salah satu penjual dawet goreng Suwarni (45) warga Desa Pandanrejo, Kecamatan Kaligesing menuturkan bahwa nama dawet goreng sendiri bukan karena dawet yang digoreng, melainkan bumbu dan racikan lainnya lah yang digoreng. Kuliner khas unik yang dijual oleh Suwarni di pinggir jalan sudut desa ini selalu habis tidak bersisa diserbu pembeli.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Untuk membuat cendol atau dawet, mula-mula tepung pati gelang disaring terlebih dahulu kemudian direbus dengan dicampur air secukupnya selama beberapa menit dan dicetak menjadi cendol.
Sementara itu, bahan lain yang perlu disiapkan untuk membuat kuliner warisan nenek moyang itu diantaranya toge, bawang merah, cabe rawit untuk sambal, garam, dan air nira kelapa sebagai pemanis. Setelah semua bahan matang, barulah dawet goreng siap untuk diracik dan disajikan menjadi makanan sekaligus minuman khas yang unik.
![]() |
"Ini dari Pati namanya Pati Gelang, terus dimasak sampai mengental dan dicetak jadi cendol. Kalau sini daerah sini pemanisnya itu dari nira kelapa bukan dari gula yang dicaikan itu, rasanya memang lebih khas gitu pemanisnya," lanjut Suwarni.
Satu mangkuk dawet goreng dijual dengan harga Rp 3.000 saja. Rasanya yang manis, gurih, pedas, dan juga kenyal membuat para penikmat kuliner yang satu ini ketagihan. Salah seorang pembeli, Novi Puspitasari (27) yang rela jauh-jauh datang dari kota mengaku penasaran dan ingin mencicipi kuliner tersebut.
![]() |
"Namanya kok ini katanya dawet goreng mas, belum pernah coba si baru kali ini. Rasanaya manis, pedes, gurih, kenyal, enak, ya penasaran aja ini kok ada dawet digoreng. Lho isinya itu lho ada ini apa cendol ya, ada kecambahnya, ada tahu gorengnya ada sambalnya, ada bawang gorengnya terus pakai gula nira gak pakai santen," tuturnya sambil menikmati dawet goreng.
Tidak hanya kuliner dawet goreng ini saja yang unik, namun waktu untuk menjajakannya pun juga unik karena hanya dijual dua kali dalam seminggu. Kuliner tersebut dijual sesuai dengan hari pasaran Jawa yakni setiap hari yang jatuh pada pasaran Legi dan Pon saja, karena dipercaya merupakan hari baik untuk berdagang dan sudah menjadi tradisi turun temurun dari nenek moyang. (sip/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini