Namanya Ende (35) dan Kus Wati (32), Warga Gembong, Kedungwuni Timur, Kabupaten Pekalongan. Kendati hidup pas-pasan dari jualan Nasi Megono, tapi tak memupuskan niat mereka untuk beramal.
"Kami hanya mampunya berbuat seperti ini. Semoga bisa membantu mereka (anak yatim dan duafa) untuk bersarapan," kata Ende, saat ditemui detikcom di lapak jualannya di depan Pasar Kedungwuni, Jumat (06/04).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Baru tiga minggu (amal ke anak yatim dan duafa). Ini saya lakukan setelah beberapa kali mengaji di Pondok Pesantren Darus Salam Puri, Kedungwuni," jelasnya.
Sejak ikutan mengaji di pondok tersebut, dirinya tergugah untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi banyak orang, sesuai dengan kemampuanya. Warung nasi milik Ende dan istrinya sendiri sengaja dipasang kain pemberitahuan bertuliskan "Warung Makan Mbak Wati, Khusus Hari Jumat, Gratis untuk Anak Yatim dan Dhuafa".
Warungnya bukanlah warung permanen. Terdiri dari gerobak yang berisi makanan, kompor untuk menggoreng tempe dan tahu sebagai lauk untuk nasi megono.
"Ya tidak sedikit yang mencibir. Orang masih susah kok, gaya sodaqoh," kata Ende menirukan cibiran orang lain.
Bagi Ende, cibiran dari banyak orang iniah yang justru mencambuk dirinya untuk terus beramal sesuai dengan kemampuanya.
Warungnya memang buka setiap pagi, hanya menyediakan untuk sarapan warga setempat. Biasanya buka dari jam 06.00 hingga pukul 08.00.
"Kita awali dari diri kita untuk beramal sesuai dengan kemampuan. Untuk sementara baru seminggu sekali gartis. Ini sebagai wujud rasa syukur kami atas nikmatNya. Insyaallah berkah," jelasnya.
Rossa (12) salah satu pelanggan nasi megono milik Ende ini mengaku senang dengan adanya layanan gartis bagi anak yatim seperti dirinya.
"Sangat senang. Dibantu sarapan," kata Rossa pada detikcom usai menerima beberapa bungkusan Nasi Megono lengkap dengan tempe goreng.
![]() |
Diakui Ende, sejak melakukan amal inilah, warung miliknya kebanjiran pesanan.
"Alhamdulillah, berkah. Dapat rezeki pesanan. Beramal tidak perlu menjadi kaya dulu," tambahnya.
Di tempat yang sama, Gus Rizmi pengasuh Ponpes Darus Salam Puri, Kedungwuni, pada detikcom mengaku bangga apa yang telah dilakukan salah satu santrinya tersebut.
![]() |
"Dia mencerna apa yang kerap kita ajarkan di pondok. Beramal tidak harus kaya dulu, namun sesuai dengan kemampuan kita. Insyaallah bila ikhlas, akan barokah," kata Gus Rizmi.
Menurut Gus Rizmi, pendapatan Ende dan Wati memang masih pas-pasan. Namun apa yang dilakukan Ende ini menjadi inspirasi bagi yang mampu.
"Ini seharusnya sebagai cermin buat kita semua, Ende bisa beramal masa kita yang juah bercukupan tidak bisa beramal," katanya. (sip/sip)