Mbah Jono, Hidup Sebatang Kara di Kompleks Makam di Salatiga

Mbah Jono, Hidup Sebatang Kara di Kompleks Makam di Salatiga

Eko Susanto - detikNews
Sabtu, 31 Mar 2018 16:15 WIB
Mbah Sujono tinggal sendirian di kompleks pemakaman, Salatiga. Foto: Eko Susanto/detikcom
Salatiga - Mbah Sujono (87) hidup sebatang kara di sebuah rumah sangat sederhana di dalam kompleks pemakaman. Bagaimana kehidupan kakek yang sehari-hari bekerja mencari barang bekas ini?

Tiap hari-harinya Mbah Jono, begitu dipanggil tinggal di rumah yang terbuat dari atap seng dan dinding tripleks. Rumah yang dihuni tersebut persisnya berada di ujung Makam Sasono Mukti atau belakang Pasar Rejosari, Kota Salatiga.

Mbah Jono bercerita bahwa rumah yang dihuninya tersebut pernah terbakar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat ditemui, Mbah Jono sedang duduk santai sambil menghisap rokok. Bahkan persis di depan rumahnya terdapat nisan-nisan kuburan.

"Saya di sini (Salatiga) sudah sekitar 23 tahun. Saya aslinya berasal dari Munggihan, Getasan, Kabupaten Semarang. Dulu sebelum tinggal di sini, saya pernah menjaga WC di kompleks pasar," kata Mbah Jono saat ditemui di kompleks pemakaman Sasono Mukti, Kota Salatiga, Jumat (30/3/2018).

Mbah Sujono di dalam rumahnya yang terletak di dalam kompleks pemakaman.Mbah Sujono di dalam rumahnya yang terletak di dalam kompleks pemakaman. Foto: Eko Susanto/detikcom

Mbah Jono tercatat sebagai warga Jalan Veteran RT 002/RW 001, Kelurahan Mangunsari, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga. Dia merupakan kelahiran Semarang, 15 Mei 1931, sesuai yang tercantum dalam e-KTP-nya. Selain e-KTP, Mbah Jono juga memiliki Kartu Indonesia Sehat (KIS) dan Kartu Keluarga Sejahtera.

Untuk mencukupi kebutuhan hidupnya tiap harinya, Mbah Jono hidup dengan mencari rongsok. Persis di belakang rumah yang dihuninya, sekalipun berbatasan dengan tembok makam terdapat penampungan sampah. Ia memilah rongsok baik bekas botol minuman maupun kardus untuk dijual.

"Rongsok yang terkumpul biasanya diambil orang. Ya uangnya untuk kebutuhan hidup," kata Mbah Jono.

Mbah Jono di rumahnya yang tak memiliki penerangan. Mbah Jono di rumahnya yang tak memiliki penerangan. Foto: Eko Susanto/detikcom

Bahkan terkadang juga dimintai tolong membersihkan makam oleh ahli waris yang mau nyekar, kemudian dia diberi imbalan seikhlasnya. Sedangkan di rumah ukuran 4 x 6 meter dan menghadap ke makam tersebut digunakan untuk tidur setiap malamnya. Di kompleks tersebut, Mbah Jono juga memelihara beberapa ekor ayam.

"Kalau sore biasanya, saya mandi di daerah Tegalrejo. Terus malam kembali tinggal di sini. Tinggal di sini biasa saja," ujarnya sambil menyebut rumahnya itu tanpa lampu penerangan.

Sementara itu, petugas penjaga Makam Sasono Mukti, Rajimin (76), mengatakan, jika dulunya Mbah Jono pernah bekerja menunggui WC di Pasar Rejosari. Pekerjaan tersebut terakhir dilakoni pada tahun 2000-an.

"Dulunya rumah yang dihuni pernah terbakar, kemudian dibuatkan lagi dari seng," katanya. (sip/sip)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads