Nasi sebagai media untuk berkomunikasi kepada mereka yang hidup di jalanan. Mereka menyebut aksinya sebagai Gerakan Berbagi Nasi. Setiap Jumat malam, bereka membagikan nasi kepada orang yang membutuhkan di sudut-sudut Kota Yogyakarta.
Dalam aksinya mereka membawa ratusan bungkus nasi yang didapat dari orang-orang donatur.
Sebelum menuju lokasi pembagian, seluruh anggota komunitas ini berkumpul di sisi selatan Stadion Kridosono Yogyakarta pada pukul 21.00 WIB sambil menunggu nasi bungkus dan air minum yang diberikan donatur terkumpul.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mamat (29), salah seorang pegiat Berbagi Nasi mengatakan gerakan ini menjadikan nasi sebagai media untuk 'menyamaratakan level'.
"Bagi kami, nggak ada orang yang lebih rendah dan lebih tinggi. Ketika berhasil bicara dengan mereka ya level kami sama. Mereka bukan orang yang lebih miskin karena kami bisa bicara di bahasa yang sama," kata Mamat, Jumat (23/3/2018).
Gerakan ini sudah berjalan selama lima tahun sejak 2013. Awalnya mereka merupakan kumpulan teman dekat yang memiliki kepedulian sesama. Namun kegiatan ini semakin hari terus berkembang. Gerakan ini juga bersifat terbuka kepada siapapun yang ingin bergabung.
"Di sini donaturnya ada yang tetap dan ada yang tidak. Biasanya tahu dari mulut ke mulut aja," katanya.
Termasuk donatur, siapa pun boleh membagikan kepeduliannya. Saat ini pegiat aksi ini sudah mencapai puluhan orang.
"Banyak orang baru karena kami terbuka. Di sini tidak ada ketua, semuanya setara dan sama," ungkapnya. (bgs/sip)