Akses jalan warga yang juga menjadi akses menuju lahan pertanian mulanya hanya jalan setapak selebar satu meter sepanjang tiga kilometer. Untuk mengangkut hasil pertanian, warga terpaksa harus menggunakan kendaraan angkut terbatas. Hanya sepeda ontel dan sepeda motor yang bisa digunakan.
Jalan tersebut juga sebagai penghubung warga Dusun Noreh dan Dusun Sambak. Saat musim hujan, kondisi jalan sangat memprihatinkan. Kini, karena kerelaan warga untuk menghibahkan lahannya, pembangunan jalan pun mulai dilakukan.
Kepala Dusun Noreh, Sambudi menyampaikan bahwa sejak 20 tahun lalu warga ingin memiliki akses jalan yang layak. Namun, terkendala beberapa faktor, terutama pengadaan lahan dan anggaran.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebenarnya ada jalan penghubung lain, namun harus melewati rumah-rumah warga. Jika ada acara seperti hajatan, jalan tertutup dan tidak bisa dilewati.
de
"Kalau ini memang sepanjang tiga kilometer. Yang awalnya hanya seluas satu meter, kini dilebarkan menjadi enam meter sudah ada drainase," lanjutnya.
Kepala Desa Wonosekar, Imam Syafii menambahkan, pembangunan jalan memanh sudah menjadi keinginan warga sendiri. Sehingga saat musyawarah lahan, mayoritas warga rela menghibahkan sebagian lahannya.
"Lahan tidak ada masalah. Karena menurut warga itu sudah menjadi kebutuhan," paparnya.
Nantinya, jalan tersebut akan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Selain mempermudan jalur perekonomian, juga untuk akses pertanian.
"20 tahun warga menunggu pembangunan jalan ini. Kali ini, baru bisa dikerjakan," imbuhnya.
Dikatakannya, dari 8.000 penduduk desanya sebagian besar adalah petani. Sedangkan lahan pertanian seluas sekitar 450 hektar.
"Lahan pertanian di sini penghasil padi dan jagung. Akses jalan ini diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat," pungkassnya.
(bgs/bgs)