Imbasnya pun hasil tangkapan udang rebon menurun drastis jika dibanding dengan musim panen pada tahun-tahun sebelumnya. Padahal, musim panen sendiri berlangsung mulai bulan Februari sampai Maret.
Sumani, pencari udang rebon asal Desa Purworejo, Kecamatan Kaliori, memaparkan kondisi laut berlumpur ini dapat dijumpai di perairan Rembang barat. Mulai dari bibir pantai sampai sekitar 100 meter ke arah laut kondisinya berlumpur dengan kedalaman mencapai 50 sampai 70 cm.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Ia harus menyiasati alat tangkap udang rebon agar tidak terendap lumpur. Untuk menangkapnya pun para nelayan ini tidak menaiki kapal, melainkan sebuah papan yang dipasangi alat apung agar tidak terjebak dalam lumpur.
"Pas menebar irig (alat tangkap rebon) jangan sampai dia nyentuh dasar karena bisa masuk lumpur dan malah rusak. Jadinya mengambang saja. Untuk menangkap rebon kan tidak sampai ke tengah laut, hanya berjarak dekat saja sama bibir pantai," katanya.
![]() |
Nelayan lainnya, Suwarno, menyebut kondisi laut berlumpur itu setidaknya sudah dirasakannya sejak 5 tahun terakhir semenjak berdirinya sejumlah pabrik pengolahan ikan di wilayah Kaliori. Para pencari rebon pun harus pintar-pintar menyiasati kondisi tersebut.
"Sekali berangkat dapat sekitar 10 kilogram, dibuat untuk terasi jadi 6 kilogram. Untuk jadi terasi rebon harus dijemur dulu, ini juga cukup kesulitan karena intensitas hujan juga masih tinggi," paparnya.
Atas kondisi itu, banyak para nelayan rebon yang mulai berganti mata pencaharian. Aktivitas mencari rebon hanya sebagai sampingan dan dilakukan saat musimnya saja.
"Saya sudah cari rebon sejak tahun 1980 an. Tapi sekarang ini sudah tidak bisa lagi jadi mata pencaharian utama. Pas musimnya saja hanya segitu, apalagi kalau bukan musimnya, berkali-kali berangkat pernah saya (pulang) tangan kosong," akunya. (mbr/mbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini