Temuan Prasasti di Gunung Ungaran, Diduga Peninggalan Abad 14 M

Temuan Prasasti di Gunung Ungaran, Diduga Peninggalan Abad 14 M

Eko Susanto - detikNews
Senin, 26 Feb 2018 16:03 WIB
Foto: Istimewa/detikcom
Semarang - Sebuah batu prasasti ditemukan di Gunung Ungaran Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Diduga prasasti itu merupakan peninggalan zaman Hindu-Budha yang dibuat pada abad 14 Masehi.

Prasasti yang ditemukan itu terpahat di sebuah batu andesit. Prasasti berada di berbatasan antara Kabupaten Kendal dengan Kabupaten Semarang. Namun masih masuk wilayah Kabupaten Semarang.

Prasasti menggunakan huruf Jawa Kuno itu diduga memuat angka 1373 Saka atau sekitar tahun 1451 Masehi. Namun hal itu masih akan dilakukan penelitian dan kajian lebih lanjut serta mendalam.
tim peneliti meneliti temuan prasasti di Gunung Ungarantim peneliti meneliti temuan prasasti di Gunung Ungaran Foto: Istimewa/detikcom

Pamong Budaya Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga (Disdikbudpora) Kabupaten Semarang, Tri Subekso mengatakan, penemuan prasasti di kawasan Gunung Ungaran berawal dari informasi seorang pensiunan TNI AD, Suwartono yang sering berkunjung menuju Sendang Promasan, Limbangan, Kendal. Atas informasi tersebut, kemudian pada, Selasa (20/2/2018), lalu bersama Suwartono, Bahtiar Setiawan (28), Fajar Zafantani (29), Arif Syaefudin (24) dan dibantu warga Promasan, Yanto (35), menuju lokasi tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini penemua kembali karena memang posisi prasasti ada di atas permukaan tanah dan agaknya beberapa orang sudah mengetahui keberadaan prasasti tersebut, tapi mungkin tidak menyangka pentingnya tulisan pada batuan tersebut. Temuan ini akan menjadi pembuka sejarah masa klasik di Pegunungan Ungaran yang selama ini tertutup oleh karena kurangnya data-data tertulis seperti prasasti dan naskah-naskah kuna," katanya saat dihubungi, Senin (26/2/2018).

Ia mengatakan untuk sampai di lokasi harus melewati perkebunan Teh Medini yang masuk wilayah Limbangan, Kendal. Kemudian, dalam perjalanan sampai di lokasi mengajak seorang warga Promasan, Yatno.

"Awalnya, kami harus membuka jalan dan membersihkan semak-semak. Di sekitar lokasi situs terdapat tugu perbatasan yang menjadi pembatas wilayah antara Kabupaten Semarang dan Kabupaten Kendal. Ternyata antara tugu batas dan titik situs hanya berjarak 20 meteran, dengan lokasi situs berada di wilayah Kabupaten Semarang," tutur Tri.

Saat ditemukan ungkap Tri, batuan yang berbentuk oval tersebut masih ditutupi lumut, kemudian dibersihkan. Ada dua sisi batu yang dibersihkan dengan air, salah satunya menampakkan tulisan mirip Jawa kuna. Inskripsi tersebut, kemudian didokumentasikan dan dikonsultasikan dengan mahasiswa doktoral Filologi Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Abimardha Kurniawan, yang sedang meneliti naskah-naskah Jawa Kuna.
batu prasastibatu prasasti Foto: Istimewa/detikcom

"Inskripsi tersebut diduga memuat angka 1373 Saka atau 1451 Masehi. Tentu saja masih butuh kajian lebih lanjut untuk lebih memastikan. Satu sisi batuan juga kami bersihkan dan didokumentasikan, namun agak kesulitan karena tulisan sudah terlalu aus.

Dia menambahkan karena kondisi cuaca yang sering hujan dan tertutup kabut, maka tim memutuskan untuk turun. Walaupun sebenarnya tim menangkap indikasi adanya potensi tulisan kuna lainnya di sebaran batuan di lokasi situs.

Atas temuan ini, kemudian bersama dengan Tim Disdikbudpora Kabupaten Semarang dan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah, pada Jumat (23/2/2018), melakukan pengecekan di lokasi. Dalam bebatuan tersebut, ternyata tidak hanya satu batu saja yang memiliki inskripsi. Saat itu, BPCB Jateng juga melakukan perekaman data.

"Atas temuan ini, masih perlu kajian lebih lanjut sebagai data berharga untuk menempatkannya dalam kronologis waktu pembabakan sejarah kebudayaan Indonesia pada masa Hindu-Buddha abad 8 sampai 15 Masehi," katanya.

Selama ini kata dia, kajian sejarah yang menggunakan data-data arkeologi di pantai utara Jawa, terutama yang berasal dari Pegunungan Ungaran masih kurang. Data arkeologi berupa reruntuhan candi maupun patirtan cukup banyak, namun keberadaannya kurang ditunjang dengan keberadaan temuan prasasti. Sejauh ini, lingkup Ungaran sendiri hanya memiliki 2 buah prasasti, yaitu Prasasti Tuntang (berupa batu, tahun 685 Saka atau 763 Masehi) dan Prasasti Bulai C (berupa lempengan logam, tahun 782 Saka atau 860 Masehi)," tuturnya.

Selain itu, ada juga beberapa prasasti lain di luar tidak jauh dari Ungaran yang bisa membantu penulisan sejarah kuna seperti Prasasti Plumpungan Salatiga (672 Saka atau 750 Masehi), Prasasti Pojok Pupus (tahun 1022 Saka atau 1100 Masehi), Prasasti Ngadoman (tahun 1371 Saka atau 1449) dan Prasasti Samirono (1370 Saka atau 1448 Masehi).

Sementara itu, Kasi Kesejarahan dan Muskala, Disdikbudpora, Etty Dwi Lestari mengatakan, temuan ini masih dalam kajian Tim Efigrafi BPCB Jawa Tengah.

"Kami masih menunggu hasilnya, bebatuan yang ada tulisan tersebut di lokasi lebih dari tiga. Kondisinya bebatuan tersebut tertutup lumut, untuk itu kami akan melakukan konservasi terlebih dahulu sehingga lebih aman," kata Etty.

Menyangkut soal temuan angka 1373 tersebut, kata dia, masih perlu dilakukan kajian lebih lanjut.

"Kami memang sudah melakukan survei lokasi bersama dengan tim dari BPCB Jateng. Setelah diteliti dari sebagian batu memang terdapat tulisan dan saat ini sedang dalam kajian tim. Kedepan kami berencana untuk konservasi dan pemagaran serta pemasangan papan," tutur dia.

Terpisah, Kepala Kepala BPCB Jawa Tengah Sukronedi saat dihubungi mengatakan, atas temuan prasasti di Gunung Ungaran tersebut masih dalam kajian.

"Temuan ini masih dalam kajian. Untuk mengamankan nanti bisa diselamatkan di balai desa setempat atau dipindahkan untuk diamankan karena menjadi aset. Ini masih diteliti teman-teman," tuturnya. (bgs/bgs)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads