Ia adalah Mbah Jiyem (95), warga Purwosari RT 03/RW 04, Desa Noborejo, Argomulyo, Kota Salatiga. Meski sudah tampak tua, Mbah Jiyem masih tampak sehat. Ia mengaku sudah lebih 50 tahun mengaku berjualan nasi jagung. Dia menjajakan dagangannya dengan keliling di sekitar Kota Salatiga, Jawa Tengah. Namun lebih sering menjajakan nasi jagung di sekitar terminal Kota Salatiga.
![]() |
Tiap hari ia membuat nasi jagung sendiri. Setiap harinya menghabiskan 5 kilogram jagung. Nasi jagung yang dijual disajikan dengan rempeyek ikan, kuluban (dedaunan seperti daun singkong maupun sayuran lainnya) dan sambal kelapa. Untuk harga pun sangat terjangkau bahkan murah sekali.
"Kalau nasi jagung komplit harganya Rp 5.000. Terkadang ada yang pingin dibungkuskan peyek Rp 3.000," kata Mbah Jiyem saat ditemui di sela-sela berjualan di Terminal Tingkir, Kota Salatiga, Selasa (20/2/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Liburnya tidak tentu. Kalau pas ada hajatan atau ngepasi nggilingke jagung," tuturnya.
![]() |
Nenek yang kini telah dikaruniai 11 cucu, 9 cicit dan canggah sudah akan bertambah dua. Dulunya anak ada 5, namun kini tinggal 4. Hebatnya Mbah Jiyem masih tambah sehat. Ingatan, pendengaran dan penglihatan masih baik. Sedangkan suaminya, Citro Kalil telah meninggal dunia 10 tahun yang lalu.
"Anak saya dulunya 5, sekarang tinggal 4. Sekarang ini lagi menunggu kelahiran satu canggah," tuturnya.
Ia tidak mau merepotkan anak, cucu maupun anggota keluarganya. Bahkan untuk jualan biasanya dilakukan mulai pukul 11.00-14.00 WIB.
![]() |
"Saya pulang jualan biasanya numpang angkot," katanya.
Salah satu pembeli nasi jagung, Amir (40), mengakui, nasi jagung, kemudian sambal kelapa dan rempeyek enak.
"Saya sering membeli nasi jagung ini. Paling saya sukai peyeknya enak banget," kata Amir yang penjual nasi goreng itu sambil menyodorkan uang pecahan Rp 5.000 untuk membayarnya.
(bgs/bgs)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini