Erun, demikian dia biasa disapa, adalah anak pertana pasangan Tayo dan Tati, warga Desa Baros, Kecamatan Ketanggungan, Brebes. Setelah lulus SD tahun 2017 lalu, tidak melanjutkan pendidikan di SMP. Alasannya, orang tuanya tidak mampu membiayai kebutuhan sekolahnya.
"Di rumah hanya Bapak yang kerja, sebagai pedagang baso goreng. Tidak punya biaya buat sekolah," ujar Erun Jumat (9/2/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Erun tak sekolah, namun juga tak mau di rumah. Dia lalu ikut bapaknya, jualan bakso goreng. Semula hanya membantuu bapaknya, namun sekarang dia berjualan mandiri. Kadang mangkal di depan sekolah, selebihnya dia berjualan keliling dari kampung ke kampung.
Setiap hari, Erun bisa mendapatkan hasil penghasilan antara Rp 30 ribu hingga Rp 40 ribu per hari. Uang hasil berjualan diberikan kepada orang tuanya, untuk biaya hidupnya dan dua adiknya yang masih kecil.
"Kalaupun saya tidak bisa sekolah, tapi adik adik saya harus sekolah. Jangan seperti saya," ungkap Erun.
![]() |
Ketika dimintai pendapat mengenai fakta tersebut, Wakil Bupati Brebes, Narjo, berjanji akan mendata kembali anak-anak putus sekolah untuk menuntaskan program pemerintah wajib belajar. Bahkan menurutnya, biaya sekolah SD dan SMP di daerahnya ditanggung Pemkab.
"Pemkab ada program KBC (Kartu Brebes Cerdas) dan GKB (Gerakan Kembali Bersekolah). Kita upayakan agar anak-anak yang tidak sekolah bisa menjalani wajib belajar 12 tahun. Kita akan koordinasi dengan SKP dan OPD dan camat bahkan desa untuk mendata anak-anak usia sekolah tapi tidak sekolah," kata Narjo. (mbr/mbr)