Kereta api dengan satu lokomotif dan satu gerbong yang terbuat dari kayu jati. Di dinding bagian luar kereta api tersebut ada tulisan antara lain "Merdeka ataoe Mati, Hantjoerkan Moesoeh Kita" dan lainnya.
"Kereta api ini masih orisional dan asli. Ini sudah puluhan tahun dibuatnya, sayang kok di dalamnya penuh coretan," kata Lukman Nudin (21) salah seorang pengunjung Museum Palagan Ambarawa, Rabu (7/2/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami melihat kok kurang perawatan di museum ini. Selain coretan, kebersihan juga kurang karena ada sampah di kereta," tutur warga Gogik, Ungaran Barat ini.
Koordinator Museum Palagan Ambarawa, Sudirin mengatakan coretan di dalam gerbong kereta api pernah melaporkan ke Dinas Pariwisata.
"Kami pernah melaporkan. Kami juga pernah menyita pilox dari anak-anak yang bergerombol di depan museum," katanya.
Diwawancara terpisah, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Semarang Dewi Pramuningsih mengaku belum menerima laporan atas adanya aksi corat-coret di dalam gerbong kereta tersebut.
![]() |
"Kami belum terima laporan. Kami akan melakukan pengecekan," kata Dewi dalam pesan singkatnya.
Sekretaris Komisi B DPRD Kabupaten Semarang, The Hok Hiong menambahkan coret-coret tersebut merupakan bentuk budaya jelek yang biasanya dilakukan anak muda. Sedangkan keberadaan kereta api tersebut merupakan warisan nenek moyang yang perlu dirawat.
"Untuk perawatan Dinas Pariwisata bisa mengajukan anggaran, tapi kalau setelah dicat kemudian dicorat-coret lagi perlu dibuatkan papan pengumuman. Misalnya kalau ketahuan mencorat-coret dibuatkan denda atau pidana," kata The Hok Hiong.
Selain kereta yang merupakan buatan Jerman tahun 1902, museum ini memiliki beberapa koleksi lainnya. Antara lain senapan, samurai, bambu runcing maupun lainnya. Selain itu, ada juga foto-foto perjuangan maupun seragam KNIL.
Untuk koleksi lain yakni ada meriam, pesawat capung, dua truk perang, tank dan kereta api buatan Jerman tahun 1902. Biaya tiket masuk museum ini saat hari biasa Rp5.000 dan Rp7.500 pada hari libur. (sip/sip)