Di Brebes, Pelajar SMA Dapat Pendidikan Karakter Lewat Wayang Golek

Di Brebes, Pelajar SMA Dapat Pendidikan Karakter Lewat Wayang Golek

Imam Suripto - detikNews
Senin, 05 Feb 2018 17:28 WIB
Pertunjukan wayang golek di Brebes. Foto: Imam Suripto/detikcom
Brebes - Pendidikan karakter di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, dilaksanakan dengan cara yang unik. Pembentukan karakter pelajar ini dilakukan dengan media wayang golek dengan dalang Ki Enthus Susmono.

Senin (5/2/2018) siang, ratusan siswa SMA Negeri 2 Brebes, berkumpul di lapangan tenis setempat. Selain siswa, semua guru juga diikutkan dalam acara ini.

Pagelaran wayang ini menampilkan wayang golek lupit dan slentheng dengan lakon Lupit Slentheng Pitulung. Melalui pentas budaya wayang golek ini dalang Ki Enthus memberikan pendidikan karakter kepada siswa dengan santai dan kocak. Sejak awal pagelaran hingga akhir, ratusan siswa dan guru serta tamu undangan, dibuat terpingkal pingkal dengan ulah Lupit Slenteng sebagai tokoh utama dalam pentas tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun demikian, pesan yang disampaikan Ki Enthus tetap mengena. Di antaranya, memberi tips untuk menjadi siswa yang baik, harus rajin belajar dengan menempa diri sebagai siswa berprestasi.

Kepala Sekolah SMAN 2 Brebes, Sadimin mengatakan, wayang golek digunakan sebagai sarana memberikan pendidikan karekater karena dinilai tepat dan bisa mengena sasaran. Apalagi, disampaikan oleh Ki Dalang Enthus dengan ciri yang kocak dan penuhi sindiran.

"Melalui media wayang golek, kami ingin menanamkan pendidikan karakter, sehingga anak-anak memiliki akhlak mulia, serta berguna bagi nusa, bangsa dan agamanya. Nilai-nilai itu ada semua dalam cerita pewayangan ini," ujar Sadimin.

Penggunaan media wayang ini bertujuan agar kesenian ini tetap lestari dan digemari siswa. Di sisi lain, jika karakter siswa hilang, nantinya akan muncul radikalisme.

"Ini tentu sangat membahayakan generasi masa depan kita. Apalagi gejala hilangnya karakter bangsa ini sudah muncul dengan kejadian siswa menganiaya hingga gurunya meninggal dunia," sambungnya.

Sementara Ki Enthus Susmono usai pentas wayang golek mengatakan, hilangnya karakter bangsa memang menjadi gejala umum. Untuk itu, ia melalui wayang santri ingin urun rembuk dalam mengatasi permasalah tersebut. Dalam wayang santri itu, pesan pendidikan karakter disampaikan lebih santai melalui guyon-guyon segar, sehingga akan lebih mengena. Hal itu tentunya akan lebih diingat oleh para siswa.

"Ya pesan saya sampaikan dengan guyonan, tetapi tadi liat saat saya serius siswa juga ikut memperhatikan. Nah ketika ada pesan yang masuk di hati siswa mereka langsung tepuk tangan. Saya nilai ini akan lebih mengena dan selalu diingat siswa," ujarnya. (sip/sip)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads