"Pas mau berangkat, saya yang mengantar ke kampus, sudah naik motor di halaman rumah dia turun lagi minta difoto berdua sama ibunya. Ya sudah saya foto dulu," kata ayah Dwi, Riyanto (61) ketika ditemui wartawan di kediamannya di Jalan Flamboyan, Sambilegi Kidul, Maguwoharjo, Sleman, Kamis (1/2/2018) malam.
Dan ternyata itu merupakan momen terakhir anaknya di rumah. Tampak raut wajah Riyanto masih dirundung duka ketika sejumlah awak media berkunjung ke rumahnya Kamis malam. Pihak keluarga bersama tetangga terlihat baru saja menggelar acara tahlilan mendoakan arwah almarhum.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, Dwi memang gemar kegiatan di alam. Sejak menginjak bangku SMP, Dwi sudah sering naik gunung bersama temannya. Hal itu karena cita-cita Dwi ingin jadi tentara sehingga menyukai kegiatan fisik.
"Kalau mau naik gunung pasti pamit, kita hanya mengingatkan agar berhati-hati. Acara kampus ini juga pamit, ada surat dari kampus juga," ujar Riyanto.
Terkait meninggalnya Dwi, Riyanto mengaku belum meminta hasil rekam medis dokter Rumah Sakit Hermina Sleman yang sempat merawatnya setelah diberi pertolongan pertama oleh panitia. Dia dikabari Dwi meninggal pada Rabu (31/1) sekitar pukul 15.30 WIB.
"Ditelepon istri yang sudah duluan ke rumah sakit, mengabari, saya langsung ke rumah sakit," katanya.
Dari kondisi fisik, tidak tampak tanda-tanda kekerasan pada tubuh Dwi. Riyanto pun mengaku pihak keluarga ikhlas atas peristiwa tersebut. Pihak kampus diakuinya juga telah datang ke rumah duka.
"Kita ikhlas, sudah dimakamkan tadi (Kamis) siang," imbuhnya.
Diberitakan sebelumnya, Dwi Aprilianda, mahasiswa semester 1 jurusan D3 Teknik Informatika meninggal setelah sempat dirawat di rumah sakit, Rabu sore kemarin. Siang harinya, dia mengikuti kegiatan Mapala yang digelar pihak kampus di wilayah Babarsari, Depok, Sleman. (sip/sip)