Shandy Aprindo mengidap albino sejak lahir. Keunikan ciri fisiknya itulah yang membuatnya nampak berbeda dari ciri fisik masyarakat di sekitarnya. Termasuk pula kedua orang tuanya dan satu kakak perempuannya.
Secara garis besar, aktivitas Indo, sapaan akrabnya, nampak tak jauh berbeda dengan bocah seumurannya. Namun, ia cenderung lebih memilih bermain di dalam rumah, membantu aktivitas ibunya yang merupakan ibu rumah tangga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Kata dokter sih manusia albino memang cenderung seperti ini kondisinya. Tidak bisa diobati, juga tidak bisa dicegah karena itu bawaan lahir. Tapi bisa dikurangi, hanya saja perlu terapi khusus secara intensif. Kata dokter matanya minus, secara hitungan minus 7, juga silinder, tapi lupa berapa," tutur Suci Rahayu, ibu Indo saat ditemui detikcom di rumahnya, Selasa (30/1/18).
Untuk meminimalisir efek sakit pada matanya, Indo harus menjalani terapi rutin sebulan sekali dengan biaya sekali terapi senilai Rp 1,5 juta. Ayahnya yang hanya bekerja serabutan saja itu, membuat Indo harus menahan kondisi matanya itu.
"Dulu sudah rutin terapi di Eye Center Semarang, biar matanya bisa fokus dan tidak pusing. Tapi belakangan ini saya sudah tidak mampu lagi, karena uangnya buat kakaknya mau masuk SMA kebutuhan juga makin banyak. Jadi agak susah ketika dia (Indo) belajar," jelasnya.
![]() |
Menurut Suci, kondisi albino yang dialami anaknya, Indo, berdasarkan penjelasan dokter yang menanganinya merupakan gen keturunan. Namun, ia mengaku tidak ada keluarga terdahulunya yang diketahui mengidap kondisi demikian.
Indo kini duduk di bangku kelas 2 Sekolah Dasar (SD) Meteseh 2. Ia pun terbilang murid yang cerdas, dan selalu masuk 10 besar peringkat di kelasnya.
"Saya gak berani panas-panas, rasanya kulit seperti terbakar. Nanti kalau masih maksain main di panasan, kulit jadi merah, terus kaya ada gelembung-gelembung yang ada airnya (melepuh)," tutur Indo yang mengaku bercita-cita ingin menjadi TNI Angkatan Udara ini. (sip/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini