Para nelayan yang biasa mencari rajungan ini menggunakan perahu kecil dengan mesin tempel sehingga rawan rusak ketika diterjang ombak besar. Mereka kini memilih menyandarkan kapal di pinggir laut sembari menunggu cuaca membaik lagi.
Nelayan biasa mencari rajungan di sekitar perairan Laut Jawa. Mereka hanya mencari rajungan selama satu hari melaut saja.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini saya cuma bawa pulang 5 kg aja. Kalau kemarin saya masih kuat 20 kg. Biasanya kalau pas musimnya, bulan Desember sampai Januari awal itu bisa sampai 30 kg, bahkan pernah sampai 50 kg," tuturnya kepada detikcom, Senin (22/1/18).
Ia mengaku di saat kondisi ombak tinggi seperti ini, hanya berani mencari rajungan di jarak 5-10 mil dari pantai. Padahal biasanya ia mampu mencari rajungan sampai jarak 15 mil.
"Ombak kira-kira 3 sampai 5 meter. Ya gak berani jauh-jauh, ini tadi berangkat jam 4 fajar, pulang jam 12 siang. Jaraknya paling jauh sekitar 10 mil, biasanya sampai 15 mil," imbuh Jamari.
Nelayan rajungan lainnya, Rasdi mengaku cuaca buruk tidak hanya membuat hasil tangkapan menurun drastis. Namun, juga berisiko merusak kapal yang sedang bersandar. Sebab, ombak tinggi rawan membuat kapal yang bersandar saling bertabrakan.
"Kita kalau malam, dengan kondisi cuaca seperti ini pasti gantian berjaga. Khawatirnya, kalau ombak tinggi seperti ini kan bisa membuat kapal yang sedang bersandar bisa saling bertabrakan. Sering seperti itu, makanya siang malam kita siaga," katanya.
Akibat stok yang semakin sedikit, harga rajungan kini naik. Dari yang semula Rp 50 ribu per kilogram, kini naik menjadi Rp 70 ribu per kilogram.
Hariyanti, salah seorang pengepul rajungan menyebut kenaikan harga sudah mulai terjadi sejak tiga hari belakangan.
"Memang musimnya pas ramai itu mulai Desember sampai Januari, kalau sekarang ini kebetulan pas cuacanya mulai parah. Jadi tangkapannya kian menurun. Kemarin harga per kilonya Rp 50 ribu, sekarang Rp 70 ribu," tuturnya. (bgs/bgs)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini