Nining Ayu Wulandari (22 tahun) terlihat sendirian saat detikcom menyambangi rumahnya, Senin (15/1/2018). Ia sesekali menengok dari dalam rumah melalui celah dinding kayu rumahnya yang rusak. Ia dikunci di dalam rumah, karena kakaknya, Sri Handayani (35 tahun) bekerja sebagai buruh rongsok.
Nining terdengar beberapa kali tertawa, kemudian menangis. Sesaat kemudian, Sri Handayani pulang pada jam istirahat bekerja.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sri merawat adiknya itu sendirian setelah ibunya, Saroh meninggal dunia dua tahun lalu. Sedangkan bapaknya, Sastro Witono meninggalkan rumah 30 tahun yang lalu, hingga kini sama sekali tidak pernah menengok keluarganya.
Nining disuapi kakaknya. (Foto: Wikha Setiawan/detikcom) |
Di rumah yang mau roboh, ia biasa tinggalkan Nining sendirian sejak pukul 08.00 WIB sampai 16.00 WIB. Hanya suara radio yang menemani Nining saat kakaknya bekerja.
"Kalau saya kerja saya putarkan radio dan saya kunci semua pintu. Kalau tidak ada radio biasanya marah," papar Sri yang masih melajang.
Hasil kerjanya dibuat menghidupi kebutuhan bersama adiknya. Upahnya sendiri Rp 27 ribu per hari dan diterimakan satu minggu sekali.
"Iya, adik saya di dalam rumah dan saya kunci karena takutnya jalan dan hilang. Makanya saya tutup," lanjutnya.
Tiap hari, Ia memberi makan dan memandikan adiknya sebelum berangkat kerja. Demikian juga setelah ia pulang dari kerja. Selama ini, ia belum mendapatkan bantuan dari pemerintah.
"Begitu tiap hari. Saya merawatnya semampu saya. Tidak pernah ada bantuan. Saya hanya punya kartu indonesia sehat (KIS)," tuturnya.
Ketua Lazis Masjid Baiturahman Rayungkusuman, Ibnu Wibowo, menuturkan bahwa kondisi kakak beradik ini sangat memprihatinkan.
"Kondisi adiknya yang sakit, kakaknya juga bekerja hanya sebagai buruh rongsok dan rumahnya mau roboh. Kami saat ini berupaya mencarikan bantuan," tandasnya. (mbr/mbr)












































Nining disuapi kakaknya. (Foto: Wikha Setiawan/detikcom)