Warga RT 4 RW 2 Dukuh Kawisan, Desa Botoreco, Kecamatan Kuncudran, Blora ini bercerita tentang awal mula ide pembuatan karya ini.
"Awalnya saat itu saya sedang mencari rumput buat pakan ternak. Melihat banyak bonggol bambu yang bentuknya unik saya jadi tertarik untuk membuatnya menjadi sebuah kerajinan. Muncullah karakter orang primitif awalnya, yang sekarang saya juga adopsi karakter kurcaci," tuturnya kepada detikcom, Senin (15/1/18).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Seiring berjalannya waktu, dia mengakui tahapan dalam mencari bahan baku yang cukup sulit. Sebab, bonggol bambu yang berukuran cukup besarlah yang bisa diproduksi. Selain itu, cuaca juga mempengaruhi produksinya.
![]() |
"Pembuatannya menggunakan alat tradisional, setelah dapat bonggolnya kita jemur paling tidak selama 5 hari. Kalau hujan terus ya terkendala kan. Alhamdulillah sekarang mulai ramai pesanan. Biasanya sehari bisa produksi 4 bonggol," tuturnya.
Baru selama 4 bulan ia mulai menggeluti pembuatan karakter tersebut. Namun, saat ini pesanannya sudah merambah ke berbagai daerah di Jawa Tengah. Rata-rata pesanan datang dari pecinta seni ukir dari berbagai kota.
![]() |
Ia mengakui dalam proses pembuatannya murni menggunakan bahan yang alamil. Termasuk untuk finishing ia tidak menggunakan cat pelapis, hanya mengandalkan penggosokan hingga terlihat mengkilat.
"Harganya mulai Rp 100 ribu, tergantung juga tingkat kerumitannya. Kadang kan juga ada pemesan yang minta dibuatin karakter ini karakter itu," imbuhnya. (sip/sip)