Menikmati Ramuan Lelet, Cara Minum Kopi Khas Rembang

Menikmati Ramuan Lelet, Cara Minum Kopi Khas Rembang

Arif Syaefudin - detikNews
Sabtu, 30 Des 2017 07:39 WIB
Kopi lelet khas Rembang. (Foto: Arif Syaefudin/detikcom)
Rembang - Jika berkunjung ke Rembang jangan sampai terlewat untuk menikmati secangkir kopi lelet. Selain rasanya yang nikmat dan beraroma khas, kopi ini juga bisa jadi sarana menyalurkan ekspresi seni.

Kopi lelet adalah cara penyajian kopi khas Rembang. Berbeda dari kopi pada umumnya, kopi lelet dapat dinikmati mulai dari seduhannya sampai ampasnya. Dari segi rasa, kopi ini berbeda dengan kopi lainnya. Sedangkan ampasnya, biasa digunakan untuk melapisi kulit rokok.

"Rasanya itu kuat, bukan kental airnya, tapi rasanya yang kental. Pokoknya kalau minum tanpa melihat pun pasti tahu kalau ini kopi lelet dari Rembang," tutur Adi, salah satu penikmat kopi di Rembang, Sabtu (30/12/2017).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menikmati Kopi Lelet, Sajian Khas RembangSeorang penikmat sedang melelet rokok dengan ampas kopi. (Foto: Arif Syaefudin/detikcom)

Saat dikunjungi detikcom, Yopi salah satu produsen kopi lelet yang berada di Desa Sumberjo, Kecamatan kota Rembang, menyebutkan kopi lelet memang berbeda dari kopi pada umumnya. Proses sangrai menggunakan pembakaran dari akar kayu jati, untuk menimbulkan aroma sedap. Penggilingan kopi juga dibuat lebih halus, bertekstur menyerupai bedak.

"Kalau sangrainya pakai akar kayu jati, aromanya akan muncul dan membuat lebih sedap rasanya. Termasuk penggilingan dibuat sangat halus agar ampas kopinya itu bisa untuk lelet tadi," tuturnya.

"Menyeduhnya kurang lebih sama seperti menyeduh kopi pada umumnya. Tapi, ampas kopi ini biasanya disisihkan oleh para penikmatnya. Disisihkan di sebuah lepek (alas cangkir), kemudian ditambahi susu sedikit. Adonan itu tadi yang digunakan untuk nglelet (ditempelkan) ke batang rokok," imbuhnya.

Susu kental putih dan tisu menjadi menu wajib pelengkap sajian kopi lelet untuk melelet rokok. Tak jarang pula rokok yang dilelet dibuat dengan motif yang unik.

"Banyak yang menikmati kopi lelet ini. Dalam sebulan, bisa produksi sampai 2 ton. Per bungkus 250 gram harganya Rp 15 ribu sampai Rp 30 ribu. Ada yang robusta atau arabika," jelasnya.

Menurut Yopi, kopi lelet pertama kali muncul di Kecamatan Lasem, Rembang, pada tahun 90-an. Namun, saat itu perpaduan kopi lelet masih dicampur dengan sejumlah bahan lainnya. Selanjutnya diperbarui olehnya menggunakan racikan kopi murni hingga berkembang sampai sekarang. (mbr/mbr)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads