Tradisi ini dilaksanakan di Gereja Kristen Jawa (GKJ) Kaliceret, Desa Mrisi, Kecamatan Tanggungharjo, Grobogan.
Pendeta GKJTU (Gereja Jawa Tengah Utara) Kaliceret Agus Tri Sarjoko menjelaskan tentang tradisi Bujono Pirukun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, tradisi Bujono Pirukun ini maknanya sebagai pengingat jika kedudukan dan derajat semua jemaat di hadapan Tuhan adalah sama.
"Semua derajat manusia sama, makanya kegiatan ini dilestarikan," ucapnya.
![]() |
Sebelum tradisi dimulai, para jemaat terlebih dulu melangsungkan kebaktian di gereja. Usai acara, mereka kembali ke rumah. Mereka lantas kembali ke gereja dengan membawa makanan. Setelah semuanya berkumpul, mereka makan bersama.
Mereka biasanya duduk di lantai atau lesehan di dalam gereja. Para jemaat sangat menikmati acara makan bersama tersebut.
Agus menuturkan tradisi Bujono Pirukun sudah ada sejak zaman dahulu. Tujuannya, agar satu sama lain menyukuri nikmat Tuhan.
"Atas rezeki yang melimpah. Sebab, aneka makanan yang dibawa, sebagian besar adalah masakan tradisional dari hasil bumi," terang Agus.
Adapun hasil bumi yang dibawa rata-rata adalah hasil dari yang mereka tanam selama ini. Itu tak lepas dari profesi mereka yang merupakan petani di desa setempat. (sip/sip)