Sekitar 500 meter dari bangunan balai desa, aktivitas pembuatan kerajinan Caping Kalo, penutup kepala pada baju adat Kudus, juga istirahat. Caping Kalo menjadi penutup kepala yang wajib ada pada baju adat Kudus untuk perempuan.
Saat detikcom mendatangi rumah yang juga tempat pembuatan kerajinan Caping Kalo, tuan rumah sedang duduk istirahat. Kamsin (82) terlihat lelah di atas kursi kayu di samping rumah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kamto menceritakan, tenaga ayahnya kini tak lagi kuat. Biasanya, sehari bisa membuat satu Caping Kalo. Tapi saat ini, Kamsin tak bisa menyelesaikannya dalam satu hari. Kerja sebentar, Kamsin sudah kembali istirahat. Begitu berulang kali, dan berulang setiap hari.
Kamsin tak bisa lagi mengerjakan kerajinan Caping Kalo sesuai target waktu. Usianya yang tak lagi muda, membuat Kamsin bekerja semampunya. Kegiatan membuat Caping Kalo menjadi pengisi waktunya.
![]() |
Kamsin adalah pengrajin Caping Kalo satu-satunya di Kudus. Tak ada lagi pengrajin yang tersisa selain dirinya. Bahkan, dari 8 anaknya, tak satupun yang ikut jejaknya menjadi perajin Caping Kalo.
Dulu, Desa Gulang dipenuhi pengrajin Caping Kalo. Hampir setiap rumah, pasti memiliki anggota keluarga yang menjadi pengrajin Caping Kalo. Saat Kamsin muda, Caping Kalo amat populer. Waktu itu masih banyak perempuan Kudus yang mengenakannya. Terutama saat mereka pergi ke pasar.
Karena jelas pasarnya, maka banyak warga yang jadi pengrajin. Namun semuanya berubah saat berdiri pabrik rokok, dan industri lainnya. Selain uangnya jelas, juga bisa jadi sumber pemasukan pokok keluarga.
Sejak saat itu, perajin Caping Kalo menyusut jumlahnya. Kini, tersisa satu orang. Kamsin lah orangnya. Ilmu cara membuat Caping Kalo miliknya tak bisa ditularkan ke orang lain. Sebab, tak lagi ada orang yang mau jadi pengrajin Caping Kalo.
![]() |
"Hasilnya sedikit dan rumit. Apalagi, pasarannya Caping Kalo tak jelas. Tak semua orang mau beli Caping Kalo. Paling laku saat akan ada Hari Jadi Kabupaten, atau acara-acara wisata dan sejenisnya," ucap Kamto.
Biasanya satu Caping Kalo dengan bagian atas berupa anyaman halus harganya Rp 350 ribu per buah. Jika Caping Kalo dengan bagian atas berupa anyaman yang biasa, harganya Rp 125 ribu per buah.
Bahan pembuatannya adalah bambu, daun sulo atau rembutung, dan duk atau ijuk. Kamto lah yang mencarikan bahan baku dan mengawasi ayahnya bekerja.
"Kadang (Kamsin membuat caping) kurang rapi, saya ingatkan. Akhirnya dirapikan sama bapak saat mengerjakan Caping Kalo," ungkapnya.
Kamto dan saudara lainnya memilih bekerja serabutan ketimbang menekuni pekerjaan jadi perajin Caping Kalo.
"Yen kula mpun seda, mpun mboten wonten turunane (Jika saya sudah meninggal dunia, sudah tidak ada lagi turunannya)," kata Kamsin.
Maksudnya adalah tak ada lagi orang lain yang jadi pengrajin Caping setelahnya.
"Teliti, sabar, niku sing utama," beber Kamsin membuka tips syarat membuat Caping Kalo yang bagus. (sip/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini