Mobil pikap yang tepat diparkir di depan pintu keluar kantor AP I Yogya tersebut terdapat perangkat seperti sound, genset, dan alat musik. Tanpa dikomando, 4 orang langsung mengambil posisi masing-masing, ada yang memetik gitar, bass, pemukul drum akustik, dan tentunya seorang vokalis.
Mereka menyanyikan lagu-lagu dengan irama musik reggae dan akustik. Lirik lagu yang dibawakan menyentil kinerja pemerintah, isu ketidakadilan, isu hukum, buruh, petani, hingga pendidikan dan lapangan pekerjaan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami KEPAL SPI, menggelar konser di depan kantor Angkasa Pura, sebagai bentuk dukungan seniman kepada para petani di Kulon Progo yang masih mempertahankan lahannya dari ancaman penggusuran untuk lokasi bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA)," kata salah satu personel KEPAL SPI, Tole, Kamis (14/12/2017).
Menurutnya, konser ini digelar merupakan dukungan paling minimal yang bisa dilakukan oleh musisi bagi petani yang bertahan di lahan pertaniannya di Kulon Progo. Ia melihat sampai saat ini ancaman pengosongan lahan terus menghantui warga yang masih bertahan di rumahnya.
Melalui konser ini, ia berharap bisa menjadi semacam ajakan dari para musisi kepada investor, pemerintah, dan masyarakat secara umum, agar membuka mata hatinya supaya bisa melihat dan merasakan nasib petani yang terancam digusur.
"Lemah ilang petani ra iso mangan, lemah ilang kowe yo ra iso mangan (tanah hilang petani tidak bisa makan, tanah hilang kamu juga tidak bisa makan)," tutupnya. (sip/sip)











































