Hendak Jalan Kaki Ponorogo-Jakarta, 2 Orang Ini Serukan Antikorupsi

Hendak Jalan Kaki Ponorogo-Jakarta, 2 Orang Ini Serukan Antikorupsi

Bayu Ardi Isnanto - detikNews
Rabu, 13 Des 2017 17:09 WIB
Pujiana dan Wakidi di depan Balai Kota Surakarta. (Foto: Bayu Ardi Isnanto/detikcom)
Solo - Pujiana (53) dan Wakidi (42) merebahkan tubuhnya di teras Masjid Balai Kota Surakarta. Gurat-gurat kelelahan nampak di wajah keduanya karena sudah berjalan kaki ratusan kilometer.

Mereka adalah dua pria asal Kabupaten Ponorogo, Jatim, yang berencana berjalan kaki menuju Jakarta untuk menemui Presiden Joko Widodo. Dalam perjalanannya, mereka mengkampanyekan gerakan antikorupsi kepada masyarakat.

Rabu (13/12/2017) siang, mereka tiba di Balai Kota Surakarta untuk sekadar mampir bertemu Wali Kota Surakarta, FX Hadi Rudyatmo. Namun wali kota belum bisa ditemui karena sedang menggelar rapat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami ingin menyampaikan misi kepada Pak Wali agar menanamkan ideologi antikorupsi kepada anak-anak. Entah nanti kerja sama dengan lembaga pendidikan atau seperti apa," kata Pujiana.

Dia mengaku prihatin terhadap kondisi Indonesia yang darurat korupsi. Dalam perjalanannya kali ini, ia mengenalkan slogan 'Benci Korupsi Adalah Sebagian dari Iman'.

"Kami prihatin dengan kondisi di negara ini karena korupsi sudah mewabah. Hampir semua lini kehidupan terkontaminasi korupsi. Masyarakat semakin pesimis dengan kondisi ini. Harapannya agar masyarakat bisa menata lagi dari bawah," ujarnya.

Rencananya, mereka hari ini melanjutkan perjalanan ke Jakarta melalui jalur Semarang. Puji memperkirakan mereka menempuh perjalanan selama 25 hari terhitung sejak 9 Desember 2017.

Pujiana dan Wakidi kompak mengenakan kaus bergaris warna merah-putih khas pemain reog Ponorogo. Mereka masing-masing menggendong tas ransel.

Selain menggendong tas, Pujiana juga membawa alat pengeras suara yang sesekali ia gunakan untuk berkampanye di tempat umum. Tampak pula sebuah bendera merah putih yang tertancap dari dalam tas Wakidi.

Sehari-hari Pujiana bekerja sebagai tukang ojek yang mangkal di Pasar Soko Ponorogo. Sedangkan Wakidi ialah petani di Desa Wotan, Kecamatan Pulung, Ponorogo.

Meski harus meninggalkan keluarga selama hampir sebulan, dia mengaku mendapat izin dari keluarganya. Menurutnya, sang istri pun mendukung kegiatan Pujiana mengkampanyekan gerakan antikorupsi.

"Minimal dari keluarga kami juga mengajarkan ke anak-anak agar mengetahui mana yang halal dan yang haram. Intinya harus kita kuatkan agamanya," tutupnya. (mbr/mbr)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads