"Gejala awal ketika masuk, pasien memenuhi kriteria untuk dinyatakan sebagai suspect, ada keluhan di tenggorokan, di tenggorokannya ada selaput putih, pantas disangka difteri," kata dokter spesialis anak sekaligus sub spesialis penyakit infeksi, kepada wartawan dalam jumpa pers di RSUP Sardjito dr Ida Safitri L, Selasa (12/12/2017).
Dijelaskannya, tim dokter langsung melakukan penanganan medis sesuai prosedur. Salah satunya dengan uji laboratorium. Meski hasil uji lab pertama dinyatakan negatif, namun tim dokter masih melakukan uji lab tahap selanjutnya ke laboratorium rujukan di Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Surabaya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ditambahkan oleh dokter spesialis patologi konsultan infeksi, dr Andaru Dahesih Dewi, bagi pasien yang dinyatakan suspect, selain melakukan upaya medis tim dokter juga menelusuri riwayat pasien seperti apakah saat usia balita dan anak-anak mengikuti imunisasi dengan lengkap, kemudian apakah tinggal di lokasi endemik, atau pulang dari wilayah endemik, setidaknya selama dua pekan terakhir atau periode inkubasi penyakit.
"Jika iya, maka statusnya naik ke probable. Setelah itu dites, untuk memastikan positif atau tidak, di lab rujukan," papar Ketua Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi RSUP Sardjito ini.
Sementara itu, terkait kebijakan mengisolasi pasien sejak awal masuk ke RSUP Sardjito, hal itu semata-mata sesuai prosedur rumah sakit.
"Pasien dengan penanganan dengan kecurigaan dan kewaspadaan tinggi, maka pasien harus diisolasi. Semua pasien sejak masuk discreening, apakah punya penyakit yang perlu penanganan tertentu. Jika ditangani dengan benar sejak awal, bisa meminimalisir penularan," imbuhnya. (sip/sip)











































