Kepala Dinas Kesehatan Jawa Tengah, Yulianto Prabowo mengatakan 2 warga tersebut semuanya sudah dinyatakan sembuh. Ia menjelaskan pasien di Karanganyar terjangkit difteri karena saat kecil menolak imunisasi. Sedangkan pasien di Kota Semarang imunisasi DPT-nya tidak lengkap.
"Dua kasus tersebut menolak imunisasi dan DPT tidak lengkap," kata Yulianto saat dihubungi melalui telepon.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia pun menghimbau agar warga Jawa Tengah tidak menolak untuk memberi imunisasi kepada anak mereka. Jika sudah dewasa dan belum imunisasi, lanjut Yulianto, maka sulit dan tidak efektif untuk memberikan imunisasi.
"Difteri itu kan menyerang pernafasan. Berbahaya," kata Yulianto.
Sementara itu pasien suspect atau diduga difteri kini ada dan dirawat di RSUD Tugurejo sejak hari Sabtu (9/12) lalu. Pasien laki-laki berusia 14 tahun itu datang dengan kondisi badan pasan dan nyeri tenggorokan.
"Pasien saat masuk tidak terlalu panas, tapi ada nyeri tenggorakan, gejala mirip influenza dan radang tenggorokan. Kalau difteri bisa memburuk karena menyerang jantung," kata Wakil Direktur Pelayanan RSUD Tugurejo, Yuswanti.
Pihak rumah sakit langsung membawa pasien ke ruang isolasi dan melakukan metode prebiologi serta mikrobiologi kemudian diberi obat anti difteri serum. Setelah diteliti, ternyata tidak ditemukan kuman difteri pada pasien tersebut.
"Dilakukan pemeriksaan mikrobiologi. Hasilnya tidak ditemukan kuman difteri. Perawatan dua minggu sesuai standar pelayanan" tandasnya.
Meski tidak ditemukan kuman difteri, prosedur penanganan tetap dilakukan karena difteri cukup berbahaya dan menular. Dokter dan petugas yang menangani penyakit tersebut juga diberi obat agar tidak tertular.
"Petugas juga kita berikan alat pelindung diri. Aturannya juga berikan obat ke petugas yang kontak dengan pasien," pungkas Yuswanti. (alg/bgs)











































